Ini Cerita Pesawat N250 (37) Software Canggih Computer-Aided

Assalamualaikum semua …

Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) memiliki teknologi canggih yang punya andil besar dalam proses desain dan manufaktur N250. Itulah CAD/CAM/CAE –CA dari Computer-Aided, D dari Design, M dari Manufacturing, E dari Engineering— serta penunjang integrasi CADAM (Computer-Aided Design And Manufacturing) dan CATIA (Computer-Aided Three-dimensional Interactive Application).

Perangkat lunak tersebut digunakan untuk menerjemahkan konsep N250 serta menganalisis dan membuat deskripsi geometris tiga dimensi (3D). Di samping itu juga mendukung proses manufaktur komputer agar lebih efisien, efektif, dan hemat waktu.

Kepala Departemen Pengembangan Produk IPTN, Widjojo Prakoso mengungkapkan, CAD terbukti amat menghemat waktu pembuatan digital mock-up N250. Sebelum ada CAD, setiap proses perancangan pesawat terbang dikerjakan di meja atau drafting.

“Perancangan cara drafting itu tidak praktis karena hasilnya hanya dua dimensi (2D). Untuk membayangkan gambar ruang, suatu konsep harus digambar dari tiga sisi: samping, depan, atas,” ucapnya.

Kehebatan CAD tidak diragukan lagi. Jika dalam perancangan ada satu kesalahan, perancangnya tak perlu mengulang dari nol, tapi tinggal mengubah apa yang perlu diubah saja. Perangkat lunak tersebutlah yang “berpikir”.

Menurut Kepala Departemen Master Dimensions, Ibnu Soesilo, sistem CAD mampu mengeliminasi hambatan masalah-masalah geometri dalam suatu proses perancangan pesawat terbang, baik dalam aspek analitik maupun deskriptif. CAD pun memiliki relevansi yang menguntungkan dalam proses delivery dan kompetisi pasar. Selain itu juga mampu mengintegrasikan aspek engineering dengan aspek manajerial.

Untuk analisis geometri dari 2D ke 3D pesawat N250, IPTN secara konseptual sudah menerapkan CATIA 100 persen, sementara derivatifnya baru 25 persen. Khusus untuk sistem prototipe pertama (PA-1), CATIA sudah menyentuh 75 persen dan 100 persen dalam sistem engine-nacelle.

IPTN menginstalasi CADAM dan CATIA, yang layak dinilai sebagai fasilitas strategis. Instalasi ini dalam komputer besar (mainframe) IBM 3090, yang kemampuannya sudah disetarakan dengan komputer super. Supercomputer ini mampu bekerja dengan kecepatan 128 MIPS (millions instructions per second) dan memiliki memori 300 gigabytes.

CAD/CAM dioperasikan IPTN sejak tahun 1984, dua tahun setelah jaringan komputer besar dipasang. CADAM, yang setingkat di bawah CATIA karena hanya mampu menggambar 2,5 D, dan CATIA digunakan secara bertahap sejak tahun 1986.

Beberapa tahun kemudian, software itu diperkaya dengan CAE dan CAI (Computer-Aided Inspection). Dengan begitu, keseluruhannya layak disebut CAIM (Computer-Aided Integration Manufacturing).

Boeing disebut-sebut sebagai pengguna CATIA 100 persen dalam program Boeing 777. Sementara IPTN dikatakan sebagai pengguna pertama untuk pesawat komuter turboprop N250. Bahkan segelintir orang tahu, IPTN memiliki supercomputer Cray, yang waktu itu sangat canggih.

Sejak IPTN tak lagi melanjutkan program N250, seluruh peralatan canggih itu tak ada lagi di Bandung. Seperti juga kebanyakan tenaga ahlinya, yang hampir semua dari mereka menjadi tenaga andal di manufaktur pesawat terbang dunia.

Para profesional itu sebelumnya begitu bersemangat dengan dedikasi tinggi di IPTN, apalagi menjelang N250 terbang perdana. Apa saja aktivitas dan tahapan pengujian yang dilakukan sebelum terbang perdana? Tunggu dalam cerita ketiga puluh delapan (38) ya.