Ini Cerita Pesawat N250 (24) Interior Modern

Assalamualaikum semua …

Penilaian akhir suatu produk teknologi bukan hanya tampilan luar, juga bukan semata-mata kemampuan operasional. Penilaian akhir rancangan pesawat terbang pun begitu, yakni totalitas dari semua aspek kemampuannya, termasuk sifat dan karakteristik sewaktu dioperasikan.

Hal tersebut bukan hanya mencakup aspek kemampuan fisik, tapi juga aspek psikologis. Termasuk faktor hubungan antar-manusia, yaitu antara penumpang dan awak pesawat, dengan rekayasa teknologi. Tata hubungan ini diistilahkan sebagai human engineering atau human factor dan salah satunya yang terkait adalah rancangan interior pesawat terbang.

Dalam merancang interior pesawat terbang, aspek kenyamanan bukan sasaran akhir karena rancangannya harus diarahkan pada aspek keamanan dan keselamatan. Karena itulah, rancangannya bukan hanya tentang estetika.

Kepala Desain Interior Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) yang merancang interior N250, Bagas Prasetyowibowo mengatakan, interior bukan lipstik. Maksudnya, interior pesawat terbang bukan sekadar mematut-matut benda produk, tapi juga mendengarkan suara pasar atau konsumen. Rasa nyaman yang dituntut dari desain interior pun terus berkembang mengikuti perkembangan teknologi, seperti passenger service unit (PSU).

Pada era sebelum tahun 1990-an, barangkali penumpang pesawat terbang cukup puas hanya mendengarkan alunan musik seadanya. Namun kian maju zaman, tuntutannya makin tinggi dan beragam. Keinginan penumpang bukan hanya mendengarkan musik dari sistem audio yang bagus, tapi juga sistem video.

Tuntutan akan material atau bahan yang digunakan untuk produk interior juga kian tinggi. Maka material untuk interior N250 juga dipilih yang memenuhi syarat dan standar bagi pesawat terbang. Bentuk, ukuran, dan penataannya disesuaikan kebutuhan penumpang dan awak pesawat.

“Tren pasar pada dekade mendatang diperkirakan kuat pada pesawat komuter bermesin turboprop dengan kapasitas 70 penumpang. Inilah rancangan yang tepat,” kata Bagas (Angkasa No.2 Tahun II November 1991).

Aspek teknologi yang melengkapi isi N250 melalui tahap kajian. Mesin dan kompenen lainnya, termasuk bahan untuk produk interior, diamati dengan cermat. “Sekarang orang menyukai hatrack besar dan kecenderungan ini tetap kuat sampai dekade nanti,” ucapnya.

Bagas pun mendesain interior N250 dengan hatrack besar berdesain variatif. Ruang bagasi kabin (lugage) ini dirancang dengan volume lebih besar dibandingkan pesawat terbang lain di kelasnya. Penataan dan bentuknya tampil mengesankan; tak ada sambungan, keling, mur, baut, tidak kelihatan dari luar.

Aspek K-3: keselamatan, keamanan, dan kenyamanan, diperhatikan penuh dalam rancangannya. Material bahannya bukan hanya ringan dan kuat, tapi memenuhi persyaratan ringan dan kuat sesuai aturan dan standar. Bahan harus tahan api dan tidak merambatkan api, serta tak mengandung asap beracun.

Sebelumnya, material yang digunakan adalah fiberglass yang diperkuat oleh plastik atau epoxy prepreg. Kemudian yang digunakan untuk N250 harus venolyc prepreg, yang berdasarkan penelitian memiliki kandungan gas beracun lebih rendah.

Bahan-bahan itu digunakan untuk penutup atau pelapis kursi, bantal-bantal (cushion), karpet, dan pelapis dinding (wallcover) kabin. Bahan dipilih yang tidak merambatkan api dan jika terbakar tidak menyebarkan gas racun (toxic) yang mematikan.

Rancangan bantalan kursi ternyata ada karakteristiknya. Bantalan yang empuk cocok untuk penerbangan jarak pendek atau satu-dua jam, sedangkan yang agak keras untuk jarak jauh. Bantalan agak keras ternyata bisa mengikuti kontur tubuh. yang terasa nyaman pada penerbangan jarak jauh, walaupun awalnya terasa kurang nyaman diduduki.

Pemilihan kursi juga diperhatikan mengingat banyak pilihan. Kursi desain modern dilengkapi sandaran kepala (lumbard support). Nyaman dan memberi jaminan kesehatan yang lebih baik. Ada pula kursi yang sudah dilengkapi dengan perangkat audio video. Pilihannya diserahkan pada pemesan N250.

Jarak antar-kursi diatur dengan jarak minimal 32-35inci untuk kelas ekonomi. Untuk kelas bisnis dan kelas utama, jaraknya lebih lebar lagi. Gang (aisle) antara deretan kursi cukup lebar dan dapat dilewati kereta dorong dan kemungkinan berpapasan dengan penumpang.

Kekuatan kursi bukan lagi 9 per G (gravitasi), tapi 16-19 per G. Artinya, kursi harus mampu menahan beban atau daya dorong ke depan minimal 16 kali berat badan manusia. “Kalau rata-rata berat penumpang 70kg, kursi itu paling kurang harus mampu menahan beban 1.120kg,” ungkap Bagas.

Penataan di toilet kabin (lavatory) dan dapur (galley), juga area pintu darurat, dirancang memperhitungkan aspek keselamatan dan keamanan penerbangan. Begitu juga di kokpit yang dipenuhi instrumen avionik, rancangannya memberikan kemudahan awak kokpit melaksanakan tugas.

Dari mana bahan-bahan interior itu diperoleh? Diulas besok dalam cerita kedua puluh lima (25) ya.