Ini Cerita Pesawat N250 (2)

Assalamualaikum semua …

Kita bangga pernah menjadi perbincangan dunia berkat prestasi tinggi bisa membangun pesawat terbang. “Siapa mengira, sebuah negara berkembang bisa loncat dan membuat pesawat terbang …” (BJ Habibie tentang N250, Angkasa, Mei 1994).

Ini tulisan Adrianus Darmawan, yang pada saat buku “Jejak Emas Pembuatan N250 Upaya Menguasai Iptek Penerbangan” disusun tahun 2014 menjadi Pemimpin Redaksi Majalah Angkasa. Tertulis di sampul belakang, sebagai berikut.

Komuter canggih buatan anak bangsa ini memang tinggal sejarah. Namun siapa di antara kita yang tahu benar perjuangan di balik pembuatannya? Tak terkecuali ketika Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) harus memilih fly-by-wire demi mendongkrak nilai jualnya.

Tak sedikit pihak, termasuk industri pesawat terbang dunia, mencemooh sebagai langkah konyol dan ambisius. Maka orang pun terperangah ketika sistem kemudi elektronik ini menjadi salah satu persyaratan dalam perancangan pesawat terbang komersial.

Demikianlah, meski ikut kandas terlibas krisis moneter, N250 telah meninggalkan jejak emas yang tak boleh dilupakan. Kisah kerja keras anak-anak muda yang amat ingin menempatkan Indonesia sejajar dengan bangsa-bangsa hebat lainnya.

Dengan berbagai cara, Bacharuddin Jusuf Habibie membentuk tim dan membangun jalan ke arah itu. Jika tak mungkin membangun dari awal, mengapa tidak dimulai dari akhir? Begitulah pameo yang melangit ketika mantan pejabat MBB, Jerman, ini menggandeng CASA Spanyol serta menjadikan NC-212 dan CN-235 sebagai jembatan.

Sulit untuk diingkari, jika terbang perdana N250 diwarnai decak kagum yang mendunia. Terlebih ketika pesawat bermesin dua ini mampu melakukan turning-radius kecil di ajang Paris Air Show 1997. Indikator kelincahan pesawat ini bikin kompetitornya bergidik.

Lewat buku inilah, kita diajak untuk meyakini kembali tentang betapa hebat (sesungguhnya) Indonesia. Habibie toh tidak berjala sendiri. Di depannya ada Nurtanio Pringgoadisuryo dan Wiweko Supono, yang telah menyiapkan fondasi dan jalannya.

Cerita kedua (2) ini semoga menjadi semangat, ya!