Assalamualaikum semua …
Untuk menangani seluk beluk fly-by-wire, Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) menunjuk Diny Rosyada dan Irzal Rinaldi dari bagian Avionik & Flight Management System, Direktorat Aircraft Design.
“Terus terang, apa itu fly-by-wire, awalnya saya juga tidak tahu. Sulit dipercaya, kenapa justru saya yang dipercaya masuk ke dalamnya,” kata Diny (Angkasa Nomor 2 Tahun VI November 1995).
Ternyata hampir semua insinyur IPTN merasa asing dengan fly-by-wire. Memang pada waktu itu, fly-by-wire dan piranti digital lainnya merupakan hal baru, bahkan di kalangan industri kedirgantaraan.
Maka Diny dikirim ke Lucas Aerospace di Inggris dan Irzal ke Liebherr di Jerman untuk belajar langsung tentang fly-by-wire. Lucas dan Liebherr adalah pemasok sistem fly-by-wire N250.
Dari tahun 1992, Diny dan Irzal dilibatkan penuh dalam proses pembuatan perangkat elektronik fly-by-wire N250. Dari pembuatan scratch, desain, pemberian kode, pengujian, hingga pemasangan di pesawat terbang. Diny pun menjadi insinyur IPTN pertama sebagai “pembedah otak” fly-by-wire N250.
Mereka juga dilibatkan dalam proses merangkai papan unit pengontrol elektronik fly-by-wire. Pada kesempatan inilah Diny dan Irzal bisa menyentuh “otak” sistem fly-by-wire. Wujudnya berupa komponen Integrated Circuit (IC) jenis Eraseable Programmable Read Only Memories (EPROM), yang memusingkannya adalah software fly-by-wire, autopilot, dan Engine Indication and Crew Allerting System (EICAS).
Faktor kesulitan EICAS adalah dalam hal koneksinya yang rumit dengan seluruh sistem N250. Hasil kerjanya adalah berbagai sajian utama yang harus disimak pilot pada empat layar monitor televisi pada kokpit N250.
EICAS juga harus “berpikir cepat” ketika terjadi malfungsi pada pada satu atau lebih sistem N250. “Kalau ada sistem N250 yang perlu diubah, isi software EICAS juga harus diubah,” ungkap Diny, yang diangkat menjadi Kepala Bidang Software N250 tahun 1993 pada saat ia berusia 27 tahun.
Kemudi canggih dengan sistem fly-by-wire merupakan benda paling eksotis pada N250. Penerapannya serta-merta meninggalkan rangkaian tuas (mekanik), yang sudah lebih 100 tahun dipertahankan.
Perancangannya melewati pemikiran dan tahapan teknis yang sangat rumit. “Otaknya” adalah EPROM. Isi “otak” IC tingkat madya ini dapat diisi, dihapus, dan diisi-ulang, sesuai kebutuhan. Canggih!
Besok dalam cerita kedelapanbelas (18) kita ulas sejarah fly-by-wire ya.