Angkatan Udara Malaysia (TUDM) berencana mengkonversi dua dari tujuh unit pesawat CN235-220 yang dimiliki menjadi versi patroli maritim (MPA). Konversi ini diperlukan untuk menunjang latihan bersama militer Amerika Serikat (AS).
Dikutip dari New Straits Times (5/2/2020), Panglima Angkatan Bersenjata Malaysia, Tan Sri Affendi Buang mengatakan bahwa latihan militer itu diinisiasi oleh AS sebagai bagian dari Prakarsa Keamanan Maritim (MSI) Pentagon.
“Ini tidak hanya melibatkan TUDM, tetapi juga trimatra (termasuk Angkatan Darat dan Angkatan Laut), yang mendapatkan bagian mereka (dana dan aset) juga. Saya yakin itu akan bermanfaat bagi semua pemangku kepentingan yang terkait,” tutur dia.
Kata dia, konversi dua pesawat tersebut juga untuk menopang kemampuan pertahanan Malaysia untuk mengamankan aset maritimnya di Laut Cina Selatan, khususnya klaim teritorialnya di Kepulauan Spratly. Namun demikian, rencana untuk meningkatkan kemampuan CN235 tersebut harus persetujuan dari program MSI.
Baca Juga:
Jadi Pengguna CN-235-220 Selama 20 Tahun, Malaysia Dapat Transfer Teknologi dari PTDI
PT DI Rilis CN235-220 Flying Test Bed Generasi Terbaru
Disebutkan bahwa paling tidak peningkatan kemampuan dua CN235 tersebut akan dimulai pada akhir tahun ini oleh yang diproduksi oleh PT Dirgantara Indonesia (PTDI) di fasilitasnya yang ada di Bandung, Jawa Barat. Hal ini bersamaan dengan pelaksanaan program perpanjangan masa pakai (SLEP) pesawat, sebagai bagian dari kontrak pemeliharaan (MRO) senilai US$30juta yang ditandatangani dengan PTDI pada April 2018.
Kurangnya dana yang dimiliki TUDM menjadi sebab program perawatan tersebut belum dijalankan.
Dalam sebuah laporan, disebutkan bahwa sistem misi pada dua pesawat kemungkinan akan mencakup sistem pengawasan maritim Merlin yang dikembangkan oleh Oregon-berbasis Integrated Surveillance and Defense Inc. Peralatan misi Merlin meliputi radar pengawasan maritim, menara sensor elektro-optik dan sistem tindakan dukungan elektronik.
Sistem ini telah dipasang pada tiga CN235, dua di antaranya dalam layanan di TNI Angkatan Laut dan satu lainnya dioperasikan TNI Angkatan Udara.
Dikutip media tersebut dari sumber lain, awalnya PTDI menawarkan sensor serta sistem kontrol dan situasi maritim udara (Airborne Maritime Situation and Control System) buatan Thales untuk program konversi MPA.
Pada tahun 1998, Malaysia memesan pesawat CN235 dengan speksifikasi utilitas transportasi serbaguna dari PTDI sebanyak delapan unit untuk dioperasikan di Skuadron No. 1 TUDM. Sayangnya, satu di antaranya (M4407) jatuh pada Februari 2016.