IndoAviation – Di laut yang sangat luas, BPPT telah memasang 13 buoy pendeteksi dini tsunami yang canggih hasil inovasi sendiri. Paling tidak itulah yang tertulis di situs BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) yang kini menjadi BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional).
Dalam situ situ tertulis:
Secara sejak tahun 2019-2024 dengan target kinerja yaitu terpasang dan beroperasinya: Inabuoy di 13 lokasi, InaCBT di 7 lokasi, InaCAT/Tomografi di tiga lokasi dan satu Kecerdasan Artifical (AI-Tsunami) di Indonesia, kata Kepala BPPT Hammam Riza di acara Peluncuran Ina TEWS Gunung Anak Krakatau (GAK) secara daring (28/07).
Alat deteksi dini tsunami yang dipasang BPPT boleh dibilang canggih.
InaTEWS Buoy merupakan hasil inovasi BPPT. Dibuat mulai dari proses desain, konstruksi, pengujian, pemasangan, dan operasional.
Keunggulan dari InaTEWS buoy adalah dapat beroperasi di laut dalam yang menjadi pusat gempa dan tsunami, sehingga early detection atau deteksi dini oleh buoy sebagai konfirmasi model/prediksi di BMKG akan terjadinya tsunami dapat dilakukan.
Tidak hanya itu, buoy ini memiliki tiga komponen utama yakni OBU, Buoy dan Manajemen Data di InaTOC. Secara keseluruhan terdiri dari sensor tekanan, sistem komunikasi akustik, mooring line, komunikasi data via satelit Iridium dan aplikasi software untuk manajemen data di InaTOC.
InaTEWS disebutkan juga telah menerapkan konsep Pentahelix.
Pembuatannya melibatkan akademisi, masyarakat, serta sektor bisnis.
Disebutkan, BPPT sudah memasangnya di perairan selatan Bali, selatan Kabupaten Malang, Selat Sunda, dan perairan selatan Cilacap. Datanya pun sudah online dan dapat diterima di InaToc.
Kepala BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) Dwikorita kabarnya sempat memuji kecanggihan alat deteksi tsunami buatan BPPT yang dilengkapi dengan OBU itu. Katanya, alat ini merupakan verifikator terhadap model peringatan dini tsunami yang dimiliki oleh BMKG.
“Saat gempabumi M6,1 di Malang tanggal 10 April yang lalu (tahun 2021, IA red), Buoy di selatan Malang mendeteksi adanya perubahan tekanan hidrostatis bawah laut sesaat setelah BMKG mengeluarkan informasi gempa bumi,” kata Dwikorita, seperti dikutip CNN Indonesia kemarin.
“Artinya ini verified, bahwa kejadian gempa bumi berdampak pada perubahan tekanan hidrostatis bawah laut,” jelas Dwikorita.
Namun sayangnya, belakangan muncul berita, BRIN diduga menghentikan program pemantauan Tsunami (Ina-Tews) yang menggunakan buoy buatan BPPT itu.
Koran Tempo, dalam pemberitaannya sempat menyinggung hal tersebut. Tulisnya, “Program sistem peringatan dini tsunami berhenti di era BRIN. Tak hanya menyebabkan aset mangkrak, tapi juga bencana kemanusiaan.”
Berita itu ditulis setelah Koran Tempo mengunjungi ruangan ruangan pemantau Indonesia Tsunami Observation Center (Ina-TOC) di Gedung Soedjono Poesponegoro, di Jalan M.H Thamrin, Jakarta Pusat, 27 Januari 2023. Disebutkan, di sana sudah tak ada kegiatan pemantauan selama satu tahun belakangan.
Foto: BPPT / BRIN.