Hampir Setahun Tragedi JT610, Asosiasi Pilot Gugat Boeing Rp1,4triliun

Tragedi memilukan penerbangan JT610 pesawat Boeing 737 MAX 8 milik Lion Air beregistrasi PK-LQP sudah hampir 1 tahun terjadi. Disusul tragedi serupa pada 5 bulan berikutnya yang dialami jenis pesawat yang sama pula penerbangan ET302 Ethiopian Airlines ET-AVJ, akhirnya membuat produk keluarga 737 MAX dikandangkan secara global. Maskapai Southwest Airlines sebagai operator terbesar jenis pesawat itu pun mengalami dampak yang signifikan.

Pilot maskapai Southwest Airlines telah melayangkan gugatan terhadap Boeing lebih dari 100 juta dollar AS atau sekitar Rp1,4triliun (kurs Rp 14.000 per dollar AS). Mereka merasa dirugikan karena armada 737 MAX dilarang terbang. Asosiasi Pilot Southwest Airlines juga mengeluhkan kedua insiden 737 MAX itu yang belum menemui kejelasan.

Para pilot itu mengklaim Boeing “sengaja” mengesampingkan pilot soal keselamatan pesawat, yang menyebabkan dua kecelakaan fatal dalam waktu kurang dari enam bulan. Buntutnya, ribuan pemesanan tiket maupun penerbangan di banyak maskapai selain selain armada Boeing juga terkena imbasnya, termasuk Southwest Airlines. Permasalahan itu mengakibatkan kurangnya peluang pilot untuk bekerja.

Dikutip dari CNN (8/10/2019), pengaduan yang disampaikan para pilot tersebut lantaran mereka telah kehilangan lebih dari 100 juta dollar AS sebagai kompensasi yang harusnya mereka terima.

“Sangat penting bagi Boeing untuk mengambil waktu yang diperlukan, untuk merakit 737 MAX menjadi layanan penerbangan yang aman. Pilot kami seharusnya tidak terkena imbas dan mengalami kerugian finansial yang signifikan akibat kelalaian Boeing ini,” kata Presiden Serikat Pekerja Soutwest Asia, Jonathan Weaks, Selasa (8/10/2019).

Maskapai yang berbasis di Dallas, Texas, AS ini sangat terpukul karena pihaknya merupakan operator terbesar pesawat 737 MAX. Hal itu menyebabkan 30.000 penerbangan maskapai dieliminasi, yang berkontribusi terhadap penurunan sekitar 8 persen dalam layanan penumpang maskapai pada akhir 2019. Maskapai juga terpaksa membatalkan sekitar 180 penerbangan harian hingga 5 Januari 2020.

Sejak dilarang terbang, maskapai terpaksa mengandangkan 34 pesawat dan telah memangkas 225 juta dollar AS dari pendapatan operasional maskapai. Menanggapi pernyataan itu, juru bicara Boeing menyatakan pihaknya bakal membuat 737 MAX kembali terbang dengan pelayanan yang aman.

Namun menurutnya gugatan dari pilot Soutgwest Airlines tidak pantas dilakukan. “Kami akan terus bekerja dengan Southwest Airlines dan pilotnya dalam upaya mengembalikan MAX ke layanan yang aman,” kata juru bicara Boeing.

“Boeing sangat menghormati pria dan wanita yang terbang menggunakan layanan Southwest Airlines. Sementara kami menghargai hubungan panjang kami dengan serikat pilot, kami yakin gugatan itu tidak pantas.”

Sebelumnya diberitakan bahwa Boeing telah nendapat hantaman keras yang bertubu-tubi akibat dua kecelakaan fatal yang terjadi di Indonesia pada 29 Oktober 2018 dan Ethiopia pada 10 Maret 2019. Sejumlah pembatalan pemesanan dan pembatalan penerbangan berdampak buruk dalam laporan keuangan perusahaan.

Boeing telah melaporkan kerugian terbesarnya, kerugian disesuaikan sebesar 3,6 miliar dollar AS. Bukan hanya itu, perusahaan juga harus menyiapkan dana sebesar 100 juta dollar AS untuk didistribusikan kepada keluarga terdampak. Boeing berharap, 737 MAX bisa beroperasi kembali sebelum akhir tahun 2019.