Grup Garuda Kerahkan 8 Pesawat untuk Kebangkitan Merpati

Dalam rangka menyongsong kebangkitan Merpati Airlines untuk dapat kembali mengudara, Grup Garuda Indonesia mengerahkan delapan armada pesawatnya untuk diperbantukan. Pasalnya, maskapai yang mati suri sejak 2014 silam pada November 2019 akan menjalankan bisnis kargo udara.

Perbantuan armada Grup Garuda ini dilakukan setelah dijalin kerja sama antara keduanya bersama dengan sembilan Badan Usaha Milik Negara (BUNM) lainnya pada Rabu (16/10/2019) kemarin.

BUMN yang terlibat dalam sinergi ini adalah Semen Indonesia, Pertamina, Perum Bulog, Perusahaan Perdagangan Indonesia, PLN, serta Himbara yang terdiri dari BTN, Bank Mandiri, BNI, dan BRI.

Direktur Utama Garuda Indonesia, Ari Askhara mengatakan bahwa armada yang dikerahkan merupakan tiga pesawat kargo milik Garuda yang ada saat ini. Dua pesawat lainnya adalah milik Citilink Indonesia yang dikonversi menjadi pesawat kargo.

“Teknis kerja samanya, pesawatnya dari Garuda semua. Ada tiga (pesawat) existing cargo (freighter), kemudian 2 (unit) konversi dari Citilink yang tadinya standby kita convert menjadi freighter dengan kapasitas 12,5 ton setiap pesawatnya,” ujar Ari usai penandatanganan perjanjian kerja sama operasi (KSO).

Pesawatnya Citilink yang akan dikonversi menjadi pesawat kargo adalah jenis Boeing 737-500 dan 737-300.

Kemudian, lanjut Ari, di tahun 2020 kita akan ada juga B737-800 di Juni 2020 dan satu unit Airbus A330. “Jadi total ada 8 freighter yang akan kita operasikan untuk mengangkut kargo-kargo BUMN ini dalam kerja sama dengan Merpati tahun 2020.”

Meski Merpati memiliki 25 pesawat, namun maskapai ini tidak memiliki sertifikat sebagai operator angkutan udara (Air Operator Certificate/ AOC). Selain itu, karena telah lama tidak diterbangkan, semua pesawat tersebut juga perlu dilakukan perawatan dan sertifikasi ulang.

Oleh sebab itu, bisnis kargo udara yang dijalankan Merpati belum bisa menggunakan pesawat sendiri, melainkan diperbantukan dari Grup Garuda. Posisi Merpati pun hanya sebagai agen bisnis kargo Garuda.

“Merpati ada pesawat, tapi sekarang no ops. Itu harus di re-operate dan harus disertifikasi, dan biayanya cukup mahal. Tapi ada kemungkinan kalau volumenya tambah besar kita akan re-activate lagi pesawat tersebut,” terang Ari.

Disebutkan bahwa rute penerbangan kargo yang akan dilayani dalam KSO ini adalah Jayapura-Wamena (pp) dan Timika-Wamena (pp). Komoditas yang diangkut muali dari gula, beras, terigu hingga minyak goreng. Bukan hanya pada dua rute tersebut, rencananya akan dikembangkan ke Oksibil, Pegunungan Tengah, Bintuni.

“Garuda membantu Merpati fokusnya hanya di kargo dulu. Enggak ada suntikan dana, kita hanya membantu operasional. Sebenarnya Merpati membawa volume BUMN, sedangkan operasi itu dilakukan oleh Garuda,” papar dia.

Dari KSO ini, Garuda Indonesia hanya mendapat upah manajemen dan tambahan biaya yang timbul dari kegiatan bisnis ini.

“Garuda hanya dapat management fee dan add cost lainnya. Cost yang timbul dari Garuda itu akan dibebankan dalam kerja sama ini, plus management fee,” tandasnya.

Selain layanan kargo udara domestik untuk mengangkut logistik ke wilayah Indonesia bagian timur, akan dilakukan layanan kargo udara internasional. Layanan ini akan menggandeng PT Perikanan Nusantara untuk pengiriman ikan tuna dan kerapuh hidup ke Jepang dan Hong Kong.

Kerja sama antara Merpati dengan 10 BUMN tersebut bukan hanya di bidang pelayanan kargo udara, namun juga pada sektor ground handling, maintenance repair & overhaul (MRO) dan Training Center.