GMF Fokus Perbesar Pendapatan Non Afiliasi

Menambah pelanggan baru dari maskapai penerbangan di luar Garuda Indonesia Group atau non afiliasi menjadi fokus PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk (GMF, kode emiten: GMFI) untuk meningkatkan nilai keberadaannya, di samping pendapatannya. Sejalan dengan itu, pada kuartal I tahun 2018 (Q1/2018) GMF membawa pelanggan baru dari Thailand dan Bangladesh untuk melakukan perawatan berat pesawat terbangnya di hanggar GMF di kawasan Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng.

“Ini langkah konkret dari upaya peningkatan porsi revenue non afiliasi dengan menambahkan portofolio customer,” ujar Iwan Joeniarto, Direktur Utama GMF di Jakarta, Rabu (30/5/2018).

Iwan mengatakan, pada Q1/2018 pendapatan dari non afiliasi 43,8%, sedangkan pada Q1/2017 sebesar 32,6%. “Ini akan terus kita tingkatkan sampai mencapai 50% bahkan lebih,” katanya.

Untuk meraih pelanggan baru, GMF sudah melakukan berbagai upaya, antara lain, ikut serta dalam berbagai ajang internasional. Pada Q1/2018, GMF sudah mengikuti Singapore Airshow 2018, MRO East Asia, dan International Airlines Technical Pool (IATP).

Sebagai pendukung untuk meraih pelanggan baru, GMF juga menambahkan sertifikasi baru dari otoritas penerbangan sipil berbagai negara, seperti dari Bahrain, Vietnam, Malaysia, Filipina, juga Nigeria. Demikian juga dari DGCA atau Ditjen Perhubungan Udara, dalam hal ini Direktorat KelaikUdaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKUPPU), yang memberikan sertifikasi untuk perawatan pesawat Boeing 737 MAX.

Setelah pelepasan saham perdananya pada Oktober 2017, GMF melakukan pengembangan bisnisnya dengan alokasi 65% dana atau 49,1 juta dollar AS. Kata Iwan, selain refinancing & modal kerja, dana IPO juga digunakan untuk pendanaan investasi sebesar 12%. Dana ini digunakan untuk peningkatan kapabilitas, pembelian tools & equipment, dan peningkatan infrastruktur untuk menunjang perawatan pesawat.

GMF pun terus melakukan ekspansi untuk pengembangan bisnisnya. “Project International Footprint Australia khususnya, sedang kami kejar finalisasinya agar bisa segera beroperasi. Hanggar MMF di Surabaya juga kami optimalkan karena pasar perawatan pesawat propeller dan general aviation yang dikerjakan di sana masih sangat bagus,” ungkap Iwan.

Untuk mengejar target menjadi “Top Ten MRO in The World” tahun 2021, GMF memang ingin memiliki empat Global Footprint dengan 927 MUSD. Tahun 2017, GMF baru memiliki satu Global Footprint dengan 439 MUSD.

Iwan menegaskan, GMF harus terus melakukan ekspansi karena pasar MRO (maintenance repair overhaul) masih banyak yang belum diraih. GMF juga mengembangkan sumber daya manusianya dalam upaya tersebut. Begitu juga penambahan kapabilitas hanggarnya. “Saat ini kami sedang membangun landing gear shop. Nanti pada semester kedua tahun ini, kami bisa merawat landing gear pesawat,” ungkapnya.

Ekspansi memang terus dilakukan karena pada Q1/2018, walaupun pendapatan dan laba operasional meningkat, tapi laba bersih turun. Pendapatan operasional GMF senilai 115,9 juta dollar AS meningkat 9,3% dibandibgkan periode sama tahun 2017, sementara laba operasional 12,8 juta, tumbuh 2.2%. Laba bersih tercatat 7,4 juta dollar AS, menurun 27,3%.

“Penurunan ini karena ada income yang belum terselesaikan pada Q1/2018. Ada rekonsiliasi yang belum bisa dibukukan,” ucap Iwan.

Hal ini ditegaskan pula oleh para analis saham dari PT MNC Securities. “Cost expenses-nya lebih besar dari revenue GMF, jadi laba bersih turun lebih dari 27%,” ujar Victoria Venny, analis saham PT MNC Securities. Ekspansi bisnis, kata dia, memang menjadi salah satu yang bisa meningkatkan revenue GMF.

Pendapatan GMF pada Q1/2018 diperoleh dari kontribusi line naintenance 20 juta dollar AS, sedangkan repair & overhaul (bisnis airframe, komponen, dan engine) 95,9 juta dollar AS. Performa operasional GMF dinilai memuaskan dengan mencatat tingkat dispatch reliability 99,64% dan angka 100% pada aspek TAT (turn around time).

“Pada kuartal pertama ini, GMF juga telah merealisasikan salah satu strategic initiatives dalam pemutakhiran teknologi informasi berupa aplikasi baru Customer Relationship Management,” ujar Iwan.

Iwan juga menjelaskan bahwa pengembangan bisnis GMF masih on-track. Begitu juga dengan penunjukan investor strategis. Saat ini masih proses negosiasi dan diharapkan mencapai kesepakatan pada awal Semester II 2018.

“Kami cukup selektif dalam memilih. Kami dibantu financial advisor untuk menyeleksi calon investor strategis terbaik yang membawa nilai tambah yang signifikan bagi GMF. Investor strategis ini nantinya diharapkan dapat membantu GMF tidak hanya dari segi finansial tapi juga transfer knowledge dan membawa pasar untuk GMF,” kata Iwan, seraya. menambahkan bahwa tahun 2018, GMF menargetkan pertumbuhan revenue sekitar 15% dengan net profit double digit.