GMF Cari Tambahan Hanggar

Memiliki empat hanggar di kawasan Bandara Internasional Soekarno-Hatta ternyata belum bisa menampung pelanggan Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia Tbk. Padahal hanggar keempatnya merupakan hanggar terbesar di dunia untuk perawatan pesawat berbadan sedang (narrow body).”Kita telah melakukan 32 line untuk perawatan di hanggar 4 dalam tahun 2019,” ujar Tazar Marta Kurniawan, Direktur Utama GMF dalam public expose GMFI di Garuda City Center, Tangerang, Selasa (28/1/2020).Perawatan airframe atau bodi pesawat menjadi primadona di fasilitas MRO (maintenance repar overhaul) pesawat yang tahun 2019 menduduki posisi “Top 9 Global Airframe MRO” dari Aviation Week dengan survei terhadap jam kerja. GMF mencapai angka 3,2 juta manhour sold.”Airframe maintenance itu profitable karena ekspertisnya sudah lebih panjang di area ini. Sekarang bagaimana GMF bisa meningkatkan keuntungan dari non afiliasi, terutama dari pelanggan internasional,” tutur Tazar.Diakuinya kalau jumlah pelanggan GMF berkurang, tapi nilainya besar. Sebut Indigo, yang tahun 2019 merawat 28 pesawat dan tahun 2020 jadi 30 pesawat. Oman Air bahkan menjadikan GMF sebagai satu-satunya fasilitas MRO di luar negaranya, yang tahun lalu merawat 16 pesawat dan sekarang 27 pesawat jenis Airbus 330 dan Boeing 737 NG.Ada lagi Korean Air, Jeju Air, dan Starjet dari Korea Selatan yang merawat 18 pesawatnya di GMF tahun ini. Demikian dengan Cebu Pacific 11 pesawat, Air France 10 pesawat, dan KLM tiga pesawat. Sementara itu ada pelanggan baru, yakni Alitalia yang merawat tiga Boeing 777, Nepal Airlines satu Airbus A330, dan Airwork merawat tiga Boeing 737. Belum lagi Nauru Airlines dan Turkey Airlines, serta beberapa maskapai lainnya.”Dari bisnis perawatan airframe ini revenue tumbuh 24% dan 73%-nya customer international non Garuda Indonesia Group. Peluangnya bisa bertambah besar dengan tambah hanggar,” papar Tazar.Untuk perawatan airframe, GMF memerlukan lebih banyak lagi hanggar. Upaya yang dilakukannya adalah berkolaborasi dan bekerja sama dengan MRO lain. Sebut Merpati Maintenance Facility (MMF) di Surabaya. “MMF memiliki empat slot di hanggarnya. Sekarang GMF baru kerja sama untuk dua slot dan rencana mau keseluruhannya,” ucapnya.Begitu juga yang dilakukan dengan Indopelita Aircraft Services. Fasilitas MRO anak usaha Pelita Air Service ini sudah ditingkatkan standarnya dan memenuhi perayaratan EASA (Europe Aviation Safety Agency). Di sini menjadi pusat perawatan untuk pesawat ATR 72-500/600.”Pertengahan Februari nanti akan ada perawatan pesawat ATR 72 milik Fiji di Indopelita,” ungkap Tazar.Kerja sama juga dilakukan dengan PT Angkasa Pura (AP) I untuk memperbarui (upgrade) hanggar di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Denpasar. “Dengan AP I sudah finalisasi dan April 2020 akan dioperasikan. Di sini juga sudah dapat approval dari FAA (Federal Aviatioan Administration) AS dan EASA,” katanya.Dengan AP II untuk penyediaan hanggar di Bandara Internasional Kualanamu juga sudah diproses. Begitu juga di Bandara Hang Nadim, Batam, dan di Bintan. “Potensi di Bintan besar. Lahannya juga luas. Di sini kita akan kerja sama dengan Korean Air.”Untuk perawatan pesawat-pesawat maskapai lokal ada juga hanggar di Bandara Sam Ratulangj, Manado, dan Bandara Sentani, Jayapura. GMF pun menawarkan jasa line maintenance dan perawatan bagi general aviation dan private jet di hanggar tersebut.Upaya lain yang sekarang mulai terwujud adalah selesainya proses administrasi untuk GMF melakukan line maintenance di Bandara Melbourne, Australia. “Ini international footprint, walau panjang prosesnya tapi konsisten dan pada 1 Februari 2020 mulai melakukan line maintenance di Melbourne. Ini juga bisa menjadi guide untuk melakukan perawatan besar di Indonesia,” tuturnya.Ditambahkannya, “Ada lagi yang sekarang finalisasi persetujuan akhir, in syaa Allah dapat izin, untuk international footprint di Middle East. Ada tiga hanggar. Begitu juga di East Asia di Jepang, yang khusus untuk line maintenace pesawat-pesawat Airbus.”