Saat ini industri logistik dan e-commerce tengah menggenjot pemanfaatan sistem teknologi pesawat udara tanpa awak (unmanned aerial systems/ UAS) untuk bisa melakukan pengiriman barang. Hal ini dilatarbelakangi pertumbuhan jasa logistik dan e-commerce yang mencapai dua digit dan pemanfaatannya digadang bisa menekan biaya hingga 30 persen.
Di lingkungan global, penggunaan UAS sebagai medium untuk melakukan pengiriman barang belum memiliki regulasinya. Regulasi dibutuhkan untuk mengatur dan menentukan mulai dari sertifikasi pesawat, sertifikasi operator hingga garis lintasan penerbangan UAS. Negara-negara pun saat ini tengah berlomba untuk menjadi pionir sebagai operator UAS untuk melakukan pengiriman barang.
Di dalam negeri, Garuda Indonesia sebagai maskapai pelat merah juga tengah berupaya untuk mendapatkan sertifikasi sebagai operator UAS. Wahana udara yang akan menjadi armadanya adalah Beihang Harbin BZK-005 dan telah diumumkan perusahaan bahwa akan memesan 100 unit UAS buatan China tersebut.
Namun Garuda tidak sendirian, perusahaan digital sekaligus salah satu raksasa e-commerce se dunia asal China, Alibaba Grup juga tengah melakukan hal yang sama dengan UAS tersebut.
“UAS itu di seluruh dunia belum ada izin operasinya. Makanya sebenarnya kita berbarengan dengan Alibaba di China. Kita sama-sama sedang melakukan upaya registrasi dan uji coba. Sekarang semua negara sedang mencoba menjadi pionir,” ungkap Direktur Kargo dan Pengembangan Usaha, Muhammad Iqbal kepada IndoAviation, Selasa (22/10/2019) siang.
Iqbal berharap, dalam waktu dekat Garuda bisa mendapatkan sertifikasi.
“Mudah-mudahan dalam waktu dekat sudah ada sertifikat registrasinya. Kita sedang upayakan agar kita bisa segera melakukan uji coba (BZK-005),” ungkapnya.
Iqbal menjelaskan, Garuda telah melakukan persiapan untuk uji coba penerbangan UAS sejak Juli 2019. Uji coba tersebut merupakan program bersama Garuda dengan Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Sesuai dengan kerangka waktu yang telah dibuat, pekan ketiga November 2019 Garuda akan mendapat sertifikasi registrasi pesawat dari otoritas penerbangan sipil China (Civil Aviation Administration of China/ CAAC) untuk menerbangan UAS BZK-005.
“Setelah itu, nanti dapat approval untuk yang lain. Kita trial selama tiga bulan, kita akan uji bagus atau tidak, risikonya apa saja dan kelayakan dari DKPPU. Kita trial plan di Januari 2020,” terang Iqbal.
Kata Iqbal, Kemenhub saat ini juga sedang menyiapkan lokasi untuk uji coba penerbangan UAS tersebut. Terdapat beberapa lokasi, yaitu di Aceh, Maluku Tenggara dan Manado.
Rencananya, kata Iqbal, Garuda akan mulai mengoperasikan UAS BZK-005 sebagai armada angkutan kargo udara pada tahun 2021. Fokus layanannya pada daerah terpencil atau wilayah yang tidak bisa dijangkau melalui jalur darat maupun laut.
“Karena memang UAV ini sangat cocok untuk daerah-daerah yang memang sangat sulit untuk diterbangi dengan pesawat besar dan remote area. (Ke depan) kita juga pakai (drone) VTOL untuk mengirim (barang),” paparnya.
Iqbal mengkalim bahwa Garuda saat ini berada di garda terdepan dalam pengoperasian UAV di dunia.
“Kita akan segera memanfaatkan drone ini untuk kepentingan bangsa Indonesia supaya bisa menghubungkan dari Sabang sampai Merauke dengan sistem logistik yang efisien, itu yang utama.”
Iqbal menjelaskasn, misi dari Garuda Indonesia ke depan adalah untuk mengembangkan angkutan logistik udara dengan memperpendek waktu pengiriman barang. Maskapai berharap mampu mengantarkan pengiriman barang dari Sabang sampai Merauke dalam 24 jam.
Iqbal mengatakan, di sisi lain, pertumbuhan permintaan jasa logitik udara tumbuh 11 persen per tahun. “Apalagi kalau e-commerce, itu (pertumbuhannya) 50 persen per tahun.”
Dia menegaskan, ketika Garuda sudah bisa menghadirkan layanan kargo udara hanya dalam tempo 24 jam, maka masyarakat bisa mengirimkan barang secara on-demand. “Artinya masyarakat kalau mau mengirimkan barang sekarang, ya sekarang itu juga dijemput barangnya, bukan besok,” tandasnya.
Sementara itu, Kasubdit Sertifikasi Pesawat DKPPU, Johanis M Tangke mengkonfirmasi bahwa Garuda akan melakukan uji coba penerbangan UAS bulan depan.
“Garuda melakukan trial masih bulan depan. Dalam proses sertifikasi ada namanya eksperimental. Ada sertifikat eksperimental yang dikeluarkan oleh CAAC. Setelah pemenuhan-pemenuhan regulasi itu baru nanti keluar serifikatnya,” jelas dia.
Beihang Harbin BZK-005 merupakan UAS dengan kelas MALE (medium-altitude long-endurance), sehingga mampu terbang hingga ketinggian 5.000 mdpl dengan daya operasional hingga 4 jam.
UAS tersebut memiliki kapasitas daya angkut hingga 2,2 ton dan memiliki kecepatan jelajah 300 km/ jam. Daya jangkauan terbangnya mampu tembus hingga 1.200 km dan mampu lepas landas dan mendarat pada landasan sepanjang 600 meter.