Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Polana B. Pramesti mengatakan bahwa pihaknya akan menggandeng operator pengguna pesawat Boeing 737 MAX 8 di kawasan ASEAN untuk mengkaji sesi pelatihan di simulator bagi pilot yang mengooerasionalkan jenis pesawat tersebut. Hal tersebut dirasa perlu dilakukan menyusul dua musibah maut yang melibatkan produk anyar besutan Boeing itu.
“Ditjen Perhubungan Udara juga tengah mengkaji perlunya sesi training simulator bagi pilot yang akan menerbangkan Boeing 737 MAX 8. Kajian ini dilakukan bersama negara-negara kawasan di ASEAN dan juga operator penerbangan di Indonesia,” tutur Polana, Jum’at (1/11/2019) siang.
Polana mengatakan, kerja sama yang akan dijalin itu sebagai langkah positif terhadap harmonisasi proses pengoperasionalan kembali produk 737 MAX 8.
Sebagai mana diketahui, pesawat jenis tersebut memiliki cacat pada sistem terbarunya, Maneuvering Characteristics Augmentation System, yang dirancang mampu bermanuver secara otomatis untuk menyelamatkan pesawat stall (posisi hidung pesawat terlalu tinggi dari ekor sehingga kehilangan daya angkat). Cacat yang dimiliki sistem tersebut berperan terhadap dua kecelakaan maut, yakni penerbangan JT610 Lion Air pada 29 Oktober 2018 dan ET302 Ethiopian Airlines 10 Maret 2019.
Pelatihan pilot dalam simulator kini dipandang perlu oleh Ditjen Perhubungan Udara senagai regulator dilakukan karena sebelumnya para pilot tidak menjalani sesi tersebut. Dampaknya, pilot tidak memahami apa yang harus dilakukan ketika dalam kondisi sulit saat penerbangan seperti dalam kedua kecelakaan tersebut. Ditambah lagi, informasi tentang sistem tersebut tidak termuat dalam buku manual pesawat.
Pihak Lion Air pun mengakui bahwa pihak pabrikan menyatakan pilot bahwa pilot mereka tidak perlu menjalani sesi latihan di similator untuk menerbangkan 737 MAX 8.
“Sebelumnya ada prosedur dari pabrik yang menyatakan tidak perlu (masuk simulator), sekarang regulator kita memandang perlu. Jadi akan kita apply. Semua pilot kami kalau diminta regulator untuk masuk simulator, ya kita akan training mereka ke dalam simulator,” ungkap Direktur Pelaksana Grup Lion Air, Daniel Putut Kuncoro Adi di Tangerang, Jum’at (1/11/2019) siang.
Daniel mengatakan, saat ini pihak pabrikan telah memasangkan piranti lunak MCAS pada simulator.
“Di simulator sudah dipasangkan software (MCAS) untuk tipe pesawat 737 MAX 8. Kita juga pengen tahu, nanti di simulator kita coba, benar nggak software-nya itu bisa menyelamatkan pilot dari kejadian seperti yang di JT610,” tegasnya.
Saat ini proses perbaikan MCAS masih dilakukan oleh Boeing. Setelah rampung akan dilakukan serangkaian uji, yang selanjutnya akan disertifikasi oleh FAA.