Empat Opsi Ini Memudahkan Kerja Jurnalistik pada Era New Normal

Ada empat opsi yang ditawarkan kepada jurnalis dalam melaksanakan tugas jurnalistiknya dalam masa pandemi Covid-19 menuju era new normal. Empat opsi ini adalah spiritual empowering, physical atau face distancing, social connecting, dan digital applying.

Opai-opsi itu diungkapkan Ketua Sekolah Jurnalisme Indonesia (SJI)/Redaktur Harian Terbit serta dosen Fakultas Ilmu Komunikasi dan Bahasa Universitas Bina Sarana Informatika, Jakarta, Romi Syahril dalam PWI Jaya Webinar Series bertajuk “New Media pada Era Pandemi dan Jurnalistik Era New Normal”, Rabu (8/7/2020). Pembicara lainnya adalah Wakabid Organisasi PWI Jaya dan mantan Penanggung Jawab Antara TV, Irmanto, dengan moderator wartawan senior Suara Merdeka, Budi Nugraha.

Disebutkan bahwa pandemi Covid-19 yang mengglobal itu telah menimbulkan ketakutan bagi semua orang lantaran belum ditemukannya vaksin penyembuhnya. Maka solusi sementara adalah masyarakat, tak terkecuali para jurnalis, diminta untuk menjalankan protokol kesehatan sebagaimana imbauan pemerintah untuk menyongsong era new normal atau normal baru.

Namun diakui kalau aktivitas kerja jurnalistik sulit mengaplikasikan secara penuh protokol kesehatan sebagai implementasi kaedah new normal itu. Romi menilai, setiap orang pasti berbeda-beda, tergantung dari sudut pandang mana mendefinisikan new normal; bisa pola kerja yang baru atau keadaan dan gaya hidup baru.

“Sejatinya, pola penulisan jurnalistik dan kode etik tidak boleh berubah, tapi yang berubah hanyalah pola peliputan wartawan,” ucapnya.

Di sisi lain, Romi mengatakan tak yakin kalau perusahan pers bisa menerapkan semua protokol kesehatan, seperti menyiapkan masker, hand sanitizer, dan jaga jarak. Kondisi finansial perusahaan pers yang sudah sulit menjadi alasannya.

Oleh karena itu, kata dia, dalam melaksanakan tugas jurnalistiknya, jurnalis harus waspada. Empat opsi pun ditawarkannya. Pertama, spiritual empowering yang artinya tetap semangat dan berdoa melakukan kegitan jurnalistik.

“Ini diperlukan sebagai awal dalam memulai kerja. Ibarat berada di jalan raya, walaupun kita sudah berhati-hati dalam berkendara, ternyata orang lain ceroboh, akibatnya terjadi kecelakaan. Itulah pentingnya kita berdoa agar selalu mendapat perlindungan dari Allah swt,” tutur Romi.

Kedua, physical atau face distancing. Implementasinya adalah menghindari dahulu wawancara tatap muka. “Maksimalkan perangkat penunjang kegiatan tugas jurnalistik dengan wawancara lewat telepon atau WA (whatsapp),” jelasnya.

Ketiga, social connecting yang artinya tetap melakukan koordinasi dengan teman kantor dalam menunjang tugas jurnalistik, termasuk menjaga hubungan baik dengan narasumber. Keempat, digital applying atau memanfaatkan aplikasi digital dalam menunjang tugas peliputan sengan memaksimalkan teleconfrence lewat zoom, google meet, hangouts, WA, instagram, dan lainnya.

“Nah, empat faktor itulah yang bisa memudahkan kerja jurnalistik pada era new normal,” kata Romi.

Sementara itu, Irmanto menyebut bahwa masa pandemi Covid-19 telah mengangkat popularitas sejumlah media sosial atau new media, seperti facebook, instagram, dan youtube. “Penggunaan media sosial ini meningkat signifikan,” jelasnya.

New media, kata Irmanto, merupakan terminologi untuk menjelaskan konvergensi antara teknologi komunikasi digital yang terkomputerisasi dan terhubung dalam jaringan. Secara sederhana, new media tercipta akibat ada interaksi masyarakat dengan komputer atau smartphone dan internet.

“Muara itu semua adalah terjadinya pertukaran informasi, selain dimanfaatkan juga sebagai media hiburan, media sharing, dan media sosialisasi,” ucap Irmanto.