Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki banyak gunung api aktif. Untuk mendeteksi dini letusan dan dampak antisipasi abu vulkanik terhadap penerbangan, Ditjen Perhubungan Udara mengintensifkan pemantauan perkembangan pengaruh sebaran abu vulkanik dari gunung api yang mengalami erupsi.
Menurut Dirjen Perhubungan Udara Polana B. Pramesti, pemantauan dilakukan dengan menggunakan sistem informasi Integrated Webbased Aeronautical Information System Handling (I-WISH) yang dikembangkan Ditjen Perhubungan Udara. Sistem ini dikembangkan untuk melakukan koordinasi dan komunikasi dalam pengambikan keputusan bersama terkait dampak abu vulkanik.
“Dalam sistem ini, stakeholder harus aktif terlibat menyampaikan informasi terkait tugas dan fungsi serta kewenangannya dalam hal penanganan abu vulkanik atau lebih dikenal dengan Collaborative Decision Making (CDM),” ujarnya, Selasa (5/2/2019).
Sistem I-WISH melibatkan sejumlah pihak, di antaranya Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Volcanic Ash Advisory Center (VAAC) di Darwin (Australia), MWO, unit Air Traffic Service (ATS), Otoritas Bandar Udara (OBU) dan Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU).
Polana juga meminta jajarannya untuk secara intensif memantau operasional penerbangan yang bisa terdampak letusan gunung berapi.