Diprotes Penumpang Karena Pesawat Delay 3 Jam Lebih, Ini Penjelasan Sriwijaya Air

Seorang penumpang pesawat maskapai Sriwijaya Air mengunggah video protesnya ke akun sosial media miliknya, Minggu (3/3/2019). Dia menyayangkan pesawat penerbangan SJ 010 rute Jakarta – Medan yang ia tumpangi harus mundur keberangkatannya (delay) hingga tiga jam lebih.

Dalam video yang ia unggah di akun Twitternya pada Minggu pagi pukul 8.21 WIB, penumpang tersebut menyebutkan bahwa penerbangannya dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta (CGK) menuju Bandara Internasional Kualanamu (KNO) mengalami dua kali delay.

Penumpang tersebut, Jansen Sitindaon, yang merupakan Ketua DPP Partai Demokrat mengatakan bahwa awalnya pesawat delay hingga pukul 07.00 WIB. Namun, kemudian jadwal terbangnya mundur lagi menjadi pukul 09.30 WIB.

Sesuai jadwal, seharusnya pesawat penerbangan SJ 010 lepas landas pukul 6.00 WIB. Akibat keterlambatan ini, Jansen mengungkapkan bahwa agendanya mengunjungi Dairi, Sumatera Utara hari itu jadi berantakan. Dia juga menyebutkan Sriwijaya Air tidak memberikan solusi.

Dalam video yang dia unggah juga tampak ada beberapa penumpang lain mengerumuni petugas. Jansen pun memperlihatkan tiket pesawatnya.

Pada pukul 12.34 WIB, Jansen kembali menggunggah video bahwa dia baru tiba di Bandara Kualanamu, Medan.

Terkait protes tersebut, Direktur Utama Sriwijaya Air, Joseph Adriaan Saul memberikan pejelasan dalam keterangan resminya.

“Terkait adanya keterlambatan penerbangan Sriwijaya Air pada hari ini Minggu, 3 Maret 2019, saya mewakili seluruh karyawan dan karyawati Sriwijaya Air memohon maaf yang sebesar-besarnya atas ketidaknyamanan yang Bapak/Ibu alami,” ungkapnya.

Dia menuturkan, beberapa penerbangan mengalami keterlambatan karena terjadi masalah teknis.

“Keterlambatan beberapa penerbangan Sriwijaya Air hari ini terjadi dikarenakan adanya masalah teknis pada beberapa pesawat Sriwijaya Air. Dan demi menjaga keselamatan dalam penerbangan, maka kami memutuskan untuk melakukan pengecekan dan perbaikan terlebih dahulu,” jelasnya.

Dia menekankan, keputusan ini sejalan dengan komitmen perusahaan yang tidak mentolerir sedikit pun indikasi yang dapat membahayakan keselamatan seluruh penumpang maupun kru pesawatnya.