Assalamualaikum semua …
Lama tak jumpa karena saya melihat dan merasakan ada yang salah dalam dinamika penerbangan sipil dalam negeri akhir-akhir ini. Kelihatannya tak ada yang membanggakan dan maskapai terkesan “lebih baik diam”.
Dinamika dunia penerbangan nasional terkesan lambat dan selalu tertinggal, pun dari negara-negara tetangga. Begitu kata praktisi penerbangan dalam pertemuan Pusat Studi Air Power Indonesia di Jakarta, awal September 2019.
Bergulirnya beberapa kasus dalam dinamika penerbangan itu tanpa solusi yang solutif. Soal harga tiket yang dianggap tinggi dan menjadikannya biaya mahal menjadi “bulan-bulanan media”, terutama media sosial. Soal Bandara Kertajati juga, solusinya tak sesuai harapan.
Bagaimana pula kabar N219 untuk mewujud dan bersertifikasi, sehingga bisa operasi di negara kepulauan tercinta ini? Soal lain pun terus bergulir; tentang FIR, regulasi drone, layanan maskapai, penerbangan di Papua, juga sumber daya manusia dirgantara.
Di manakah para pakar dirgantara dan praktisi penerbangan? Apakah para pemimpin negara mau memperhatikan dengan serius sektor penerbangan ini? Begitu sulitkah menyatukan semua kepentingan untuk menjadi satu tujuan nasional demi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia?
Saya hanya bisa bertanya-tanya. Sama seperti pertanyaan-pertanyaan yang dicetuskan teman-teman yang dulu sempat jadi pentolan majalah Angkasa. Pertanyaan-pertanyaan yang in syaa Allah bisa dijawab dengan solusi jitu dan bukti nyata.