Dari Hati

Assalamualaikum semua …

Selamat Idul Adha, semoga kurban kita menjadi pengobanan yang penuh rahmat dan berkah dari Allah swt. Insya Allah.

Bicara pengorbanan, kita ingin merasakan keikhlasan dari hati yang bersih. Kalau semua yang kita lakukan dengan dan dari hati, hasilnya akan lebih baik. Hal ini saya ingat dari kata-kata kenalan saya seorang direktur utama maskapai penerbangan carter.

Suatu waktu pada awal tahun 2018, ia mengatakan, sekarang ini ia melihat Garuda Indonesia kurang memiliki nilai. Kenapa begitu? “Saya melihat pengelola Garuda bekerja tidak dengan hati,” jawabnya. Ini tentu saja opininya dalam melihat Garuda, yang walaupun tetap mendapat penghargaan terbaik seperti sebelumnya bahkan dapat mengurangi kerugiannya, tapi seolah-olah tidak bernilai.

Barangkali opini seperti itu tidak melihatnya dari fakta. Namun rasa yang keluar dari hati juga tidak bisa diabaikan.

Saya teringat pula penyataan Emirsyah Satar sewaktu masih direktur utama Garuda pada peluncuran buku “From One Dollar to Billion Dollars Company” di Jakarta, 4 September 2014. Kurang lebih katanya, untuk menjalankan perusahaan yang untung, pimpinannya harus menggunakan 50 persen akal atau logika dan 50 persen rasa atau hati. Kalau terlalu banyak logika karyawan akan menderita, tapi kalau sebaliknya perusahaan bisa bangkrut.

Logika dan hati memang harus seiring sejalan. Namun keikhlasan, yang artinya keluar dari hati dengan niat yang tulus ikhlas, selayaknya menjadi dasar kita dalam menjalani kehidupan. Bukan cuma Garuda, tapi seluruh industri penerbangan juga akan lebih bernilai jika seluruh unsur yang berkiprah di dalamnya bekerja dengan dan dari hati.