Garuda Indonesia memutuskan untuk menunda rencana pembelian 150 pesawat nirawak (UAV) atau drone untuk layanan khusus kargo pada tahun ini. Alasannya, mempertimbangkan situasi dan kondisi pandemi virus corona (COVID-19) yang tengah melanda Tanah Air dan masalah teknis.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra menerangkan, pihaknya masih fokus melakukan upaya antisipasi penerbangan terdampak COVID-19. Dia pun mengakui bahwa persoalan teknis pengurusan rencana strategis pengoperasian drone kargo masih belum diproses.
“Posisi (saat ini) untuk rencana itu, kami hold. Banyak pertimbangannya termasuk corona dan persoalan teknis yang mengganjal,” ungkap Irfan, seperti dikutip bisnis.com, Ahad (15/3/2020).
Sebelumnya, pada akhir April 2019 Mohammad Iqbal yang saat itu menjabat sebagai Direktur Kargo dan Pengembangan Usaha Garuda Indonesia mengatakan bahwa Garuda Indonesia tengah menjajaki pengadaan 100 unit drone sayap tetap dengan produsen asal Cina, Beihang UAS Technology. Dia menyebutkan, pengadaan drone ini untuk memperkuat potensi pasar layanan angkutan kargo udara.
Baca Juga:
Garuda Indonesia Akan Operasikan 100 Drone Untuk Layanan Kargo Udara
Garuda dan Alibaba Saingan Jadi Pionir Kargo Udara Pakai UAS
Pada tahap awal, maskapai pelat merah ini rencananya akan mengoperasikan 3 unit drone jenis Beihang Harbin BZK-005 pada akhir 2019. Ke depannya, Garuda juga merencanakan menambah armada 50 drone sayap putar (VTOL).
“Penggunaan drone tentunya menjadi opsi yang ideal dalam fokus maskapai untuk mengoptimalkan potensi pangsa pasar dan pendapatan kargo udara, terutama dalam menghubungkan wilayah remote dengan fasilitas bandara yang terbatas seperti di Maluku, Papua dan Sulawesi yang kaya dengan marine product,” terangnya kepada IndoAviation (29/4/2019).
Menurutnya, dengan memanfaatkan teknologi drone, maskapai berharap layanan kargo udara akan lebih efisien dalam hal konsumsi bahan bakar sekaligus meminimalkan risiko.
Pada kesempatan yang lain, Iqbal mengatakan bahwa Garuda telah melakukan persiapan untuk uji coba penerbangan drone tersebut sejak Juli 2019. Uji coba tersebut merupakan program bersama Garuda dengan Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
Sesuai dengan kerangka waktu yang telah dibuat saat itu, pekan ketiga November 2019 Garuda berharap mendapat sertifikasi registrasi pesawat dari otoritas penerbangan sipil Cina (Civil Aviation Administration of China/ CAAC) untuk menerbangan drone BZK-005.
“Setelah itu, nanti dapat approval untuk yang lain. Kita trial selama tiga bulan, kita akan uji bagus atau tidak, risikonya apa saja dan kelayakan dari DKPPU. Kita trial plan di Januari 2020,” kata Iqbal kepada IndoAviation (23/10/2019).
Baca Juga:
Sejumlah Wilayah di Indonesia Dijadikan Lokasi Uji Terbang UAS China
Garuda: Masa Depan Kita adalah Cargo Drone Operation
Rencananya, kata Iqbal, Garuda akan mulai mengoperasikan drone BZK-005 sebagai armada angkutan kargo udara pada tahun 2021. Fokus layanannya pada daerah terpencil atau wilayah yang tidak bisa dijangkau melalui jalur darat maupun laut.
Beihang Harbin BZK-005 merupakan drone kelas MALE (medium-altitude long-endurance) yang mampu terbang hingga ketinggian 5.000 mdpl dengan daya operasional hingga 4 jam.
Drone ini memiliki kapasitas daya angkut hingga 2,2 ton dan memiliki kecepatan jelajah 300 km/ jam. Daya jangkauan terbangnya mampu tembus hingga 1.200 km dan mampu lepas landas dan mendarat pada landasan hanya sepanjang 600 meter.