Cetak Sejarah, Mahasiswa Indonesia Raih Juara di Ajang Airbus Fly Your Ideas 2019

Tiga mahasiswa Indonesia dari dari tim University of Cambridge berhasil meraih juara kedua dalam ajang Airbus Fly Your Ideas 2019. Prestasi mereka merupakan sejarah baru bagi putra-putri indonesia di kancah kompetisi inovasi kedirgantaraan global.

Ketiganya adalah Falah Fakhriyah, Martin Siagian, dan Nathan Harjanto, serta seorang mahasiswa Jepang, Keiko Miyazaki. Mereka berhasil meyakinkan juri dengan ide inovatif mereka untuk memanfaatkan penginderaan jarak jauh. Penemuan mereka berguna untuk membantu pemerintah melindungi lautan dengan lebih baik.

Tim ini berhasil mengalahkan 269 ide lainnya dan kini membawa pulang hadiah uang tunai sebesar 10.000 Euro atau sekitar Rp160juta.

Ajang ini menyisakan tujuh tim finalis. Mereka menghabiskan sepekan terakhir di Toulouse, Prancis untuk membangun purwarupa ide mereka. Hal ini mereka wujudkan di fasilitas Inovasi dan R&D mutakhir milik Airbus, dengan dukungan dari para mentor dan ahli terkait dari Airbus.

Mereka mengusung sebuah sistem pemantauan laut menggunakan teknologi pengambilan gambar dan video melalui satelit. Dikenal sebagai remote sensing atau penginderaan jarak jauh, penerapan teknologi ini dapat membantu pemerintah melawan penangkapan ikan ilegal, mengurangi penangkapan spesies langka secara tidak sengaja, serta mengurangi kerusakan habitat laut.

Sementara itu, juara pertama yakni Tim “Zero” Heroes dari Delft University of Technology, Belanda memukau dewan juri dengan panel kontrol pintar nirbaterai dan nirkabel untuk sistem pesawat. Penemuan mereka dapat menyediakan daya di genggaman tangan pengendali. Tim ini memenangkan hadiah utama sebesar 25.000 euro, atau setara dengan Rp402juta.

Airbus Fly Your Ideas merupakan kompetisi global yang menantang mahasiswa dari berbagai penjuru dunia untuk berinovasi di bidang kedirgantaraan, khususnya terkait enam area kunci; Pelistrikan, Layanan Data, Keamanan Siber, Internet of Things, Kecerdasan Buatan, dan Reliatas Campuran (Mixed Reality).

Ketujuh tim finalis tahun ini mewakili 11 negara dan 8 universitas berbeda yang tersebar di Asia, Eropa, dan Amerika Selatan.