IndoAviation – Kedatangan pesawat Antonov An-124 Ruslan di Bandara Internasional Kertajati, Majalengka, Jawa Barat, pada 24 Maret 2023, ditangani oleh PT Jasa Angkasa Semesta Tbk (JAS).
“JAS bangga mendapatkan kesempatan meng-handle kedatangan pesawat kargo terbesar An-124 di Indonesia. Ini merupakan sejarah bagi JAS bisa menangani pesawat berbadan besar dengan kompleksitasnya itu di Bandara Kertajati,” kata Adji Gunawan, CEO JAS ketika berbincang dengan media di Jakarta, Kamis (30/3/2023).
Adji menjelaskan, tidak ada persiapan khusus dalam menangani Antonov tersebut. JAS memang sudah mengantongi berbagai sertifikasi dalam operasionalnya sebagai perusahaan ground handling di bandara.

“Menjadi kebanggaan dan kehormatan tersendiri bagi JAS mendapatkan kesempatan menangani pesawat kargo terbesar di dunia itu,” ucap Adji.
Pesawat Antonov An-124 100M buatan Ukraina itu terbang dari Houston, Texas, Amerika Serikat, pada 21 Maret 2023. Sebelum sampai di Bandara Kertajati, pesawat transit di Bandara Nagoya, Jepang.
Pesawat kargo Ruslan membawa mesin milik salah satu perusahaan petrokimia Indonesia, yang didatangkan dari Amerika Serikat. Setelah mengeluarkan angkutannya, sekitar 4 jam atau pukul 18.00, pesawat berregistrasi UR-82007 itu lepas landas kembali.
Antonov An-124 Ruslan saat ini menjadi freighter terbesar di dunia. Sebelumnya, dari pabrikan yang sama di Ukraina, pesawat An-225 Mriya adalah freighter terbesar. Namun setelah Mriya hancur ditembak Rusia, Ruslan “menggantikan” posisinya.

Adji juga menyampaikan, JAS menangani pesawat ARJ21-700 buatan Comac, China, yang sempat mendarat di Bandara Kertajati. Pesawat yang dioperasikan TransNusa itu melakukan uji terbang, termasuk touch and go, sebelum siap operasi komersial di Indonesia.
ARJ21-700 berkapasitas 70-90 penumpang itu akan diterbangkan untuk rute-rute regional, seperti Kuala Lumpur. TransNusa merupakan operator pertama di luar operator-operator China yang mengoperasikan ARJ21-700.
Sebelumnya, Adji mengatakan, JAS sempat “tiarap” ketika pandemi covid-19 melanda dunia. Bahkan operasionalnya di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, sama sekali terhenti. Maskapai asing yang ditanganinya saat itu memang menghentikan penerbangannya ke Bali.
“JAS tidak mengalami kerugian finansial karena ketika operasional berhenti, kami cut off karyawan yang memang tidak ada yang dikerjakannya waktu itu,” ujar Adji.
Di samping itu, penanganan untuk angkutan kargo dan logistik menjadi peluang yang bagus ditangani waktu pandemi. Apalagi kemudian, JAS menangani angkutan vaksin yang datang dari berbagai negara dan diterbangkan oleh maskapai-maskapai asing yang ditanganinya.
Sekarang ini, kinerja operasional JAS, yang beroperasi di sembilan bandara di Indonesia, mulai mendekati pulih. Seperti di Bandara Ngurah Rai, dari sebelum pandemi menangani 100 penerbangan per hari, kini sudah lebih dari 70 penerbangan.
“Di Bandara Soekarno-Hatta sebelumnya JAS menangani 110 penerbangan per hari, kini masih sekitar 70%-nya,” ujar Adji.