Seminggu lagi, tepatnya 5 September 2019, film Suami yang Menangis akan tayang di seluruh bioskop di Indonesia. Film tentang sepenggal perjalanan hidup ustadz M Arifin Ilham, yang wafat pada 22 Mei 2019 ini pastinya bakal mengundang penasaran para penikmat film dan penggemar kyai yang memopulerkan dzikir ini. Apalagi tokoh utamanya adalah M Alvin Faiz, putra almarhum, yang sekarang sedang disorot para pewarta.
Di balik film yang mulai diproduksi sejak dua tahun lalu itu, ada sosok yang memulai debutnya bukan dari sekolah seni. Dia adalah Capt Andi Pakpahan, lulusan Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang tahun 2009. Andi menjadi asisten produser pada rumah produksi Anak Bangsa Picture, yang membuat film berdasarkan novel dengan judul sama itu.
Ditemui usai tayangan perdana bagi insan pers dan kerabat di Epicentrum, Jakarta, Selasa (27/8/2019), Andi bicara soal debutnya di dunia film dan kecintaannya pada dunia seni. “Wah, lega rasanya, film ini (Suami yang Menangis) akhirnya bisa tayang,” ujarnya dengan wajah berseri-seri.
Kenapa masuk ke dunia film?
– Semenjak masih taruna saya memang senang seni. Senang bikin lagu, menyanyi, kemudian merambah ke film. Film Suami yang Menangis ini bukan film pertama, ada satu film yang kami bikin sebelumnya. Judulnya, Bungker Mawar Hitam yang rilis tahun 2017. Namun film bergenre horor in kurang diminati penonton.
Setelah lulus jadi pelaut, apa sempat bekerja jadi pelaut?
– Oh iya, saya berlayar lima-enam tahun di kapal asing, sampai tahun 2015. Sewaktu di PIP juga IP (Indeks Prestasi) lumayan bagus, selalu di atas 3. Namun dunia seni lebih membuat saya tertarik. Saya juga ingin tunjukkan bahwa lulusan PIP, STIP, atau BP3IP, tidak selalu harus menjadi pelaut. Banyak peluang karier yang menjanjikan di luar sana.
Seni apa lagi yang digeluti?
– Saya juga menggeluti dunia tarik suara. Sudah enam single yang saya buat. Salah satunya lagu Ku Ingin Kau Tahu. Saya menulis lagunya, aransemen, juga menyanyikannya. Masih ada di RBT (Ring Back Tone).
Apa ada keinginan membuat film tentang pelaut atau dunia pelayaran?
– Ya, saya ingin. Film pelaut atau pelayaran pastinya bernilai jauh lebih besar. Investasinya bagus juga. Hari ini saya mengundang alumni PIP Semarang, STIP Marunda, dan BP3IP untuk nonton bersama (nobar). Saya juga mengundang para pengusaha pelayaran untuk nobar, sekaligus ingin menebar “virus” bahwa bisnis perfilman juga bisa dibidik para pengusaha pelayaran.