Boeing 777 Tiba-Tiba Nyungsep, Pilot United Airlines Lupa Nyeting Autopilot?

IndoAviation – Sebuah pesawat Boeing 777 United Airlines tiba-tiba nyungsep hingga sejauh 775 kaki di atas Samudera Pasifik beberapa saat setelah take off.  Atas insiden ini, United mengatakan telah melatih ulang pilot yang menerbangan pesawat itu.

Insiden itu sendiri terjadi pada 18 Desember 2022, tak lama setelah pesawat lepas landas dari Bandara Internasional Maui ke San Francisco, AS.

Beberapa menit setelah take-off, pesawat Boeing 777 itu secara dramatis tiba-tiba menukik selama sekitar 10 detik hingga sejauh 775 kaki di atas permukaan Samudra Pasifik.

Insiden ini sempat pula terekam dalam aplikasi pelacakan pesawat FlightRadar24.

Dalam investigasi diketahui, pesawat 777 itu telah mencapai ketinggian sekitar 2.200 kaki sebelum nyungsep sejauh 1.400 kaki selama sekitar satu menit.

Pesawat itu disebutkan menukik dengan kecepatan hampir 8.600 kaki per menit sebelum pilot dapat menguasai kembali kendali penerbangan.

Menindaklanjuti hasil investigasi, pejabat maskapai menyatakan,  pilot pesawat itu telah dilatih ulang.

“United telah berkoordinasi dengan FAA dan ALPA (Asosiasi Pilot Maskapai Penerbangan AS) dalam menjalankan sebuah investigasi yang pada akhirnya mengharuskan pilot yang menerbangan pesawat itu dikenai pelatihan tambahan. Keselamatan tetap menjadi prioritas utama kami,” ujar perwakilan United, Josh Freed, kepada The Post.

Menanggapi insiden itu, para ahli penerbangan Amerika pun berspekulasi.

Mereka berpendapat bahwa kecelakaan itu sangat mengerikan. Kata mereka, bisa jadi insiden itu disebabkan pilot lupa memprogram fitur autopilot pesawat.

Biasanya setelah pilot menerima izin untuk lepas landas, mereka mengatur autopilot ke ketinggian yang diharapkan.

Kemungkinan, setelah take-off, pilot menggunakan autopilot karena kondisi hujan, kata ahli penerbangan Kit Derby.

“Jadi salah satu hal yang dilakukan pilot adalah mengatur ketinggian, yang merupakan target untuk autopilot. Jika ketinggian tersebut ditetapkan lebih rendah [dari ketinggian saat itu], maka saat autopilot dinyalakan justru akan membawa turun pesawat,” jelas Derby kepada Daily Mail.

Derby berpendapat, mungkin ketika autopilot dinyalakan, seting ketinggiannya masih pada ketinggian bandara. Atau bisa jadi, sistem autopilotnya bermasalah. Namun ia menyebut sangat jarang menemukan autopilot yang bermasalah.

Para penyelidik sendiri akan meninjau semua sistem pesawat serta kondisi cuaca pada saat itu sebelum menyimpulkan apa yang salah, kata pakar keselamatan penerbangan Anthony Brickhouse dari Embry-Riddle Aeronautical University kepada Daily Mail.

“Seperti orang di seluruh dunia, saya benar-benar baru mengetahui hal ini kemarin. Dan ada begitu banyak pertanyaan, karena ini bukan gerakan yang biasa dilakukan oleh pesawat dalam penerbangan, jadi ini adalah situasi yang sangat menarik,” kata Anthony Brickhouse.

Brickhouse sendiri merasa sangat prihatin, terlebih karena awak pesawat tetap memutuskan untuk melanjutkan penerbangan ke San Francisco walau hampir terjun ke laut.

“Jika berbicara murni dari perspektif keselamatan, saya lebih suka melihat pesawat itu, Anda tahu, berbalik dan mendarat kembali di Maui, dan memastikan bahwa pesawat dalam kondisi baik,” katanya, sembari menambahkan, bahwa pilot tidak berkewajiban untuk berbalik arah jika mereka merasa tidak ada yang salah dengan pesawat tersebut.

Setelah insiden yang dramatis itu,  pesawat akhirnya mendarat di San Francisco. Awak pesawat menuliskan laporan keselamatan sesuai prosedur.

“Para pilot bekerja sama sepenuhnya dengan penyelidikan dan pelatihan mereka sedang berlangsung,” kata  Josh Freed.

Disebutkan, kedua pilot yang dikenai pelatihan ulang itu memiliki sekitar 25.000 jam terbang.

Tidak ada yang terluka dalam insiden tersebut.

Insiden pesawat United itu sendiri baru dipublikasikan media massa Amerika setelah FlightRadar24 menuliskan pola penerbangan yang tak lumrah itu di halaman webnya.