Berpikir Beyond

Assalamualaikum semua…

Ini tentang obrolan saya bersama pakar, praktisi, atau siapa saja yang memiliki pemikiran menarik dan bikin asyik. Ditambah pengetahuan saya yang sedikit itu, inginnya tulisan ini menjadi bacaan yang membuat Anda tersenyum. Tersenyum itu ibadah dan membuat orang tersenyum, ibadahnya plus.

Tulisan ini kami namakan “heedful”, setelah dirasa-rasa cocok. Rasa-rasanya, kata dalam bahasa Inggris yang artinya penuh perhatian, peka, atau terbuka, ini lebih bersemangat dan maskulin. Semangat ini kami mulai pada hari Jumat, 17 Agustus 2018. Pas ya harinya dengan 73 tahun lalu ketika dikumandangkan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Bung Karno dan Bung Hatta.

Seminggu lalu, tepatnya 11 Agustus 2018, Direktur Utama PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin berbicara tentang berpikir “beyond”. Ah, padahal dulu saya sangat ingin berbahasa Indonesia yang “seutuhnya”. Namun zaman ini saya belum bisa melakukannya. Sudah sangat minim pakar bahasa memberi pelajaran di media, pembicaraan para pejabat dan figur publik pun seringkali mencampurnya dengan bahasa asing, terutama Inggris. Mau membahasakan istilah yang disampaikan juga kerap sulit.

Selain “beyond”, sebelumnya kata “ultimate” juga dipertanyakan. Walaupun sudah jarang diucapkan lagi dalam kata-kata “pembangunan bandara ultimate” misalnya, kalau dijelaskan menjadi “pembangunan bandara sampai batas akhir” rasanya kurang klop. Nah, ”beyond” juga begitu. Kalau dikatakan “luar” atau “lebih jauh” atau “melebihi” atau “mendalam” atau apa pun yang artinya “ke luar dari hal biasa”, terkadang maknanya jadi terasa ringan.

Pak Awal, begitu kami menyapanya, menyuarakan, “Sekarang kita harus berpikir tentang memiliki Bandara Soekarno-Hatta kedua. Kita harus berpikir beyond!”

Saya teringat waktu kembali menjadi wartawan majalah Angkasa tahun 2012, Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono giat menyampaikan tentang pembangunan bandara “penambah Soekarno-Hatta” yang lokasinya di Karawang. Selanjutnya, grup Lion Air juga sibuk menyiapkan bandara baru di Lebak, Banten. Keduanya tentu sudah berpikir “beyond”. Namun seiring waktu, pembicaraan tentang kedua bakal bandara itu nyaris senyap.

“Saya tidak dalam kapasitas untuk menyatakan, apakah bandara-bandara itu dibatalkan atau tidak,” kata Pak Awal. Dia mengatakan, dari pra studi fisibilitas yang sedang dilakukan, ada tiga titik di utara Jakarta yang sedang dikaji sebagai lokasi bakal bandara baru itu, bukan di Karawang atau Lebak.

Hm, berpikir “beyond” ternyata juga “beyond” ya.