Begini Aturan Keluar-Masuk Kokpit

Assalamualaikum semua …

Di majalah Angkasa yang sudah tak terbit lagi, saya pernah menulis tentang kegiatan pilot di kokpit. Tulisan di edisi Mei 2015 itu memperoleh penghargaan dari lomba menulis jurnalistik. Saya bagikan lagi intisari dari tulisan dengan judul “Tak Sembarang Tinggalkan Kokpit” itu.

Kokpit atau ruang kemudi pesawat terbang merupakan area paling steril dalam suatu penerbangan. Selama terbang, tak boleh ada yang memasukinya, selain pilot dan kopilot atau awak kabin dengan persyaratan tertentu. Pintu masuknya pun hanya bisa dibuka dari dalam kokpit.

Sebelum peristiwa 9/11 atau penabrakan gedung kembar WTC di Manhattan New York, AS, pada 11 September 2001, para pilot bisa dengan leluasa mengajak beberapa penumpangnya masuk kokpit. Saya pun pernah beberapa kali diajak masuk kokpit dalam suatu penerbangan. Tentu aturan keselamatannya tetap dipatuhi, yakni ketika penerbangan dalam kondisi stabil atau cuaca bagus, serta tidak sedang akan lepas landas atau mendarat.

Bagaimana aturan prosedur di kokpit itu sekarang? Setiap maskapai penerbangan mempunyai aturan operasional atau COM (Company Operations Manual) atau BOM (Basic Operations Manual) masing-masing. Walaupun demikian, COM atau BOM itu tetap mengacu pada aturan induknya dari ICAO (International Civil Aviation Organization).

Garuda Indonesia misalnya, memiliki BOM yang sangat tebal. Di dalamnya ada aturan yang tentang berbagai prosedur di kokpit, seperti prosedur ketika salah seorang awak kokpit akan meninggalkan kokpit karena panggilan alam atau hal yang mendesak. Aturannya spesifik.

Menurut pilot Garuda Capt Lucky Luksmono, tidak diperbolehkan di kokpit hanya ada satu orang awak. Kalau salah satu dari pilot akan ke lavatory (toilet di pesawat terbang), pemimpin awak kabin (purser) atau FA-1 harus masuk ke kokpit dan duduk di jump seat.

Dijelaskan pula oleh Capt Indrawanto Mustafa, juga pilot Garuda, bahwa prosesnya “panjang”, dalam arti ada tahapannya. Ketika pilot in command (PIC) akan ke lavatory, kendali pesawat diserahkan kepada kopilot. Kemudian ia memanggil FA-1 serta menanyakan kondisi di luar kokpit dan di lavatory. Kalau kondisinya sudah clear (tak ada penumpang di area tersebut), FA-1 siap di depan pintu kokpit. Pilot pun membuka pintu dan keluar, sementara FA-1 segera masuk kokpit.

“Sebelum keluar, saya intip dulu, apa betul tidak ada penumpang? Saya keluar, purser masuk. Kunci!” kata Indrawanto. Begitu pula sebaliknya, jika pilot selesai dari lavatory. Sebelum keluar, purser mengintip dulu koddisi di luar kokpit. Bahkan ada tambahan pengamanan, selain intip-mengintip itu, yakni ada kode khusus. Kode ini disepakati waktu awak penerbangan yang akan bertugas melakukan briefing sebelum terbang.

Jika Garuda mengharuskan ada dua orang di kokpit, lain dengan umumnya penerbangan LCC (low cost carrier) atau kalau terbang pendek, sekitar satu jam. “Di kokpit boleh saja hanya ada satu pilot, jika pilot satunya sedang ke lavatory,” kata Capt Novi Isnurianto, mantan pilot Merpati Nusantara Airlines. Aturan ini memang tidak menyalahi aturan internasional.

Tentu saja tidak dibenarkan tak ada seorang pun pilot di kokpit, walaupun menggunakan autopilot. “Walaupun terbang dengan penggerak otomatis, pilot tetap harus mengawasinha. Tak ada kita terbang itu duduk-duduk saja karena pikiran kita harus kerja terus. Sebagai pilor, kita harus one step ahead,” kata Capt Hari Tjahyono, pilot Garuda.

Walaupun aturan harus dipatuhi, penerapannya di lapangan tidaklah sekaku itu. Siapa yang mengawasi awak penerbangan selama bertugas di udara? Tak ada pula yang melarang pilot mengobrol sejenak dengan pramugari atau menyapa petinggi negara dan pemimpin perusahaan tempatnya bekerja yang terbang bersamanya. Pilot yang berdedikasi tinggi tahu apa yang terbaik dilakukannya dan pasti tetap mengutamakan keselamatan penerbangan.