Bandara Maleo di Morowali, Sulawesi Tengah, bersiap menanti diresmikan, yang rencananya oleh Presiden Joko Widodo. Pekerjaan yang tengah dilakukan dan hampir rampung adalah perpanjangan landasan pacu 450 x 30 meter. Setelah diverifikasi oleh otoritas penerbangan sipil Indonesia, landasan pacu Bandara Maleo menjadi 1.500 x 30 meter.
“Maret nanti (2018) perpanjangan landasan pacu selesai. Setelah diverifikasi, kemungkinan April atau Mei bisa dioperasikan,” ujar Iskandar, Kepala Satker Bandara Maleo di Morowali, Selasa (27/2/2018).
Pembangunan Bandara Maleo mulai dirintis sejak tahun 2007. “Tahun itu kami mulai membebaskan tanah untuk bandara,” kata Moh Jafar Hamid, Sekretaris Daerah Kabupaten Morowali. Sekitar 158 hektare tanah itu sudah memiliki sertifikat sebagai lahan bandara.
Pembangunannya dimulai tahun 2012 dan pada 5 Desember 2016 dilakukan penerbangan perdana oleh Susi Air dengan pesawat Cessna Caravan. Pembangunan terus berlanjut dan sampai tahun 2017, anggarannya dari APBN mencapai Rp345.591.952.000.
Menurut Iskandar, setelah penerbangan perdana itu penerbangan komersial tidak serta merta dilakukan. Namun ada penerbangan carter Cessna Caravan milik IMIP (Indonesia Morowali Industrial Park) yang rutin beroperasi dari Luwuk. Baru pada tahun 2017, TransNusa beroperasi untuk penerbangan reguler carter tiga kali seminggu dengan subsidi dari Pemkab Morowali. Penerbangan rute Morowali-Makassar itu menggunakan pesawat ATR 42 berkapasitas 40-an penumpang.
“Dalam beberapa bulan ada penerbangan itu, kami sangat senang. Saya juga pernah sekali naik pesawat ke Makassar. Hanya 1 jam 15 menit. Kalau lewat darat bisa sehari semalam,” tutur Jafar.
Sayangnya, pada akhir tahun 2017 penerbangan tersebut terhenti. Jafar mendengar kabar bahwa pesawat yang disewa TransNusa itu dikembalikan kepada pemiliknya dan akan dioperasikan di Papua. Kata Jafar, “Kami tak ingin penerbangan itu berhenti. Namun mereka tak punya pesawatnya. Kalau nanti landasan sudah diperpanjang, bisa mendarat ATR 72 yang pesawatnya banyak.”
Memang sambil menunggu perpanjangan landasan pacu selesai dan diverifikasi, sudah ada minat dari Garuda Indonesia dan Wings Air untuk terbang ke Morowali. “Garuda dan Wings ingin terbang ke sini. Kami sudah berbicara dengan maskapai tersebut,” kata Iskandar. Bahkan bukan cuma rute ke Makassar yang akan dilanjutkan, tapi juga penerbangan ke Tana Toraja yang merupakan tujuan wisata dan ke Palu yang ditunggu-tunggu masyarakat Morowali, juga Morowali Utara.
Letak bandara yang sekitar 50 kilometer dari kawasan Bungku, pusat kota Morowali, ternyata dekat pula dari Morowali Utara. ” Bandara itu ada di tengah-tengah Morowali dan Morowali Utara,” jelas Jafar.
Terminal bandara seluas 1.000 meter persegi sudah selesai dibangun dengan kelengkapan fasilitas standar bandara kelas III. Setelah diresmikan, Bandara Maleo memang bukan lagi sebagai satker (satuan kerja) di bawah koordinasi Bandara Mutiara Sis Al Jufri, tapi menjadi UPBU (Unit Penyelenggara Bandar Udara) Kelas III. Landasan pacu pun akan diperpanjang lagi menjadi 2.200 meter.
“Kapasitas terminal 100 penumpang pada peak hour,” kata Ahmad Liemi, Staf Pemkab Morowali yang diperbantukan di Bandara Maleo. Persiapan untuk menjadi bandara kelas III memang termasuk sumber daya manusianya. Selain ada perbantuan dari Pemda itu, juga dari Bandara Mutiara Sis Al Jufri, yakni kepala bandara, serta petugas aviation security (avsec) dan petugas PKP-PK atau pemadam kebakaran.
Untuk pemandu lalu lintas atau navigasi penerbangan, Bandara Maleo baru dilengkapi dengan avis. “Alat ini cuma untuk menginfokan kondisi cuaca di sekitar bandara. Untuk pendaratan dan lepas landas pesawat masih diputuskan oleh pilot,” ujar Iskandar.
Memang masih ada beberapa fasilitas dan kelengkapan bandara yang harus diadakan untuk mendukung pengembangan Bandara Maleo itu. Lahan parkir kendaraan pun masih berupa tanah pasir, yang jika terguyur hujan deras air pun menggenang.
Soal nama, di terminal bandara masih terpampang tulisan “Bandar Udara Morowali”. Namun kata Jafar, “Maleo” sudah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Morowali menjadi nama bandara tersebut.
Maleo adalah nama burung yang ada di Morowali. Kata Jafar, walaupun Maleo ada bukan hanya di Morowali, tapi Maleo di Morowali satu-satunya yang bertelur di pasir pantai dan dierami oleh hangatnya pasir tersebut.