Bandara Kertajati Dijadikan Pusat Logistik dan Perawatan Pesawat Terbang

Bandara Kertajati di Jawa Barat disiapkan untuk menjadi pusat kegiatan logistik dan pemeliharaan pesawat terbang, di samping embarkasi dan debarkasi haji & umroh. Tahun 2022 ini dinilai sebagai waktu yang tepat untuk pengembangan bandara, sejalan dengan tren positif kargo udara sepanjang tahun 2021.

Dalam kunjungan ke Bandara Kertajati pada Ahad (9/1/2022), Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan, “Kita harus gencar menyosialisasikan barang-barang apa saja yang bisa dikirim lewat Bandara Kertajati. Juga keunggulan biaya yang lebih efisien.”

Untuk itu, Menhub mendorong agar pengelola Bandara Kertajati berkomunikasi dengan perusahaan kargo internasional dari Dubai dan Hong Kong, juga negara lainnya, agar pergerakan angkutan kargo terus meningkat. “Perlu dilakukan presentasi ke Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk memperkenalkan Bandara Kertajati, yang memiliki sejumlah keunggulan, salah satunya, mampu didarati pesawat wide body, kepada calon investor. Kita juga perlu memetakan potensi investasi di sekitar bandara,” tuturnya.

Pada kesempatan itu, Presiden Direktur Angkasa Pura (AP) II Muhammad Awaluddin mengatakan, “Ini saat yang tepat mengembangkan Bandara Kertajati sebagai pusat logistik. Sektor angkutan penumpang pesawat masih dalam tahap pemulihan, tapi sektor angkutan kargo udara sudah menunjukkan hasil positif.”

Awaluddin menyebut, pergerakan angkutan kargo di 20 bandara yang dikelola AP II secara kumulatif total mencapai 945.547 ton sepanjang tahun 2021. Jumlah ini meningkat cukup signifikan, yakni naik 24,6% dibandingkan dengan tahun 2020. Bahkan AP II memperkirakan volume angkutan kargo pada tahun 2022 dapat mencapai sekitar 1 juta ton.

Peningkatan volume angkutan kargo tersebut, kata Awaluddin, dipengaruhi bergeliatnya sektor e-commerce.  “Pada tahun 2022, kami perkirakan volume angkutan kargo juga akan semakin tumbuh didorong semakin bergeliatnya sektor e-commerce. Bandara Kertajati harus dapat menangkap peluang ini,” ujarnya.

Bandara Kertajati dimiliki oleh PT Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) yang mayoritas sahamnya dipegang oleh Pemprov Jawa Barat (83,20%). Lalu ada PT Angkasa Pura II  (14,62%) yang juga sebagai operator Bandara Kertajati. Sementara saham lainnya dimiliki Koperasi Jabar (1,54%) dan PT Jasa Sarana (0,64%).

BIJB berencana untuk membangun kawasan kargo e-commerce hub di Bandara Kertajati sebagai fasilitas pendukung, khususnya terkait pengiriman barang. “Bandara Kertajati akan membangun e-commerce hub dengan luas sekitar 68,4 hektare dan berkapasitas hingga 500.000 ton per tahun. Saat ini sudah ada rancangan pengembangan untuk pembangunnya,” jelas Muhamad Singgih, Direktur Utama PT BIJB.

Saat ini, Bandara Kertajati memiliki gedung terminal kargo seluas 4.480 meter persegi. Sejumlah upaya optimalisasi angkutan kargo tengah dilakukan, seperti pengembangan e-commerce hub atau cargo village dan kegiatan penerbangan kargo rutin oleh Asia Kargo.

Tentang fasilitas perawatan pesawat terbang (maintenance, repair, overhaul – MRO), Menhub mengatakan, “Harus ada terobosan, inovasi, dan teknologi terkini dalam pengembangan MRO di Bandara Kertajati.” Diusulkannya juga agar pengembangan MRO itu dengan membangun inflatable structure hangar di apron yang sudah ada.

Eksplorasi berbagai peluang, termasuk kerja sama dengan PT GMF AeroAsia Tbk, sudah dijajaki, guna menghadirkan layanan MRO yang inovatif, optimal, dan sesuai standar global. GMF memperkirakan pengoperasian inflatable structure hangar dapat dilakukan dalam waktu lima bulan ke depan jika sudah mendapat persetujuan.

“GMF berminat membangun suatu kawasan AMO Center di Bandara Kertajati. Ada learning services, component shop, engine shop, hangar/airframe maintenance, logistik center, dan manufacturer,” ujar Andi Fahrurrozi, Direktur Utama GMF AeroAsia, seraya menjelaskan bahwa nelalui AMO Center, Indonesia dapat menjaga serta meningkatkan aspek keselamatan transportasi udara, percepatan pemulihan ekonomi, menarik minat investor, menambah devisa, serta memperluas lapangan kerja.

Menurut Singgih, dengan dukungan dari berbagai pihak, Bandara Kertajati bisa meraih potensi pasar pemeliharaan pesawat terbang yang besar. Dukungan itu, antara lain, memberikan insentif berupa pembebasan bea masuk dan  biaya lepas landasa & mendarat untuk pesawat yang akan melakukan perawatan, dukungan bea cukai, jaringan listrik, air, dan kesiapan fasilitas penunjang lainnya. Sampai saat ini, kata dia, sekitar 46% dari pesawat Indonesia masih melakukan pemeliharaan pesawat di luar negeri.

Untuk optimalisasi pemanfaatan fasilitas MRO itu, Menhub mengajak pengelola Bandara Kertajati untuk berkomunikasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Basarnas, Pemerintah Daerah, dan instansi terkait lainnya. “Bandara Kertajati bisa jadi pusat pemeliharaan pesawat terbang milik pemerintah,” ucapnya.

Foto: BKIP Perhubungan dan AP II