Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan menggandeng Direktorat Kesehatan Kerja dan Olah Raga Ditjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan mengampanyekan jalan kaki untuk mengurangi penggunaan kendaraan bermotor.
“Ini salah satu upaya bagaimana kita bisa menggunakan alat transportasi yang dimiliki semua orang, yaitu kaki,” kata Bambang Prihartono, Kepala BPTJ dalam acara press background bertema “Transportasi berkelanjutan dalam sistem transportasi perkotaan di Jabodetabek” di Jakarta, Jumat (16/9/2019).
Bambang menuturkan, setelah mengampanyekan penggunaan transportasi umum massal, seperti kereta rel listrik (KRL), bus Trans Jakarta, dan mass rapid transport (MRT), juga nanti light rail transport (LRT), kini BPTJ mulai memikirkan transportasi yang ramah lingkungan atau berkesinambungan. Hal ini merupakan Pilar ke-9 dari sembilan pilar pada Rencana Induk BPTJ tahun 2018-2029, yang termaktub dalam Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2018.
Bambang memang menyebutkan bahwa dalam dua tahun terakhir ini pergerakan orang se-Jabosetabek sudah mencapai 100 juta. Padahal tahun sebelumnya hanya 30 juta setahun. Dituturkan juga bahwa akhir-akhir ini polusi di udara DKI Jakarta pun sudah sangat memrihatinkan.
Maka bukan hanya pemerintah, masyarakat juga harus peduli untuk mengurangi emisi karbondioksida (CO2). Cara yang paling mudah dan murah adalah dengan mulai berjalan kaki untuk mencapai tempat-tempat dengan jarak yang relatif terjangkau.
“Pemprov DKI sudah membuat trotoar yang lebar dan nyaman, khususnya di Sudirman-Thamrin. Namun belum terlihat trotoar itu dipenuhi orang yang berjalan kaki. Kami ingin melihat trotoar itu dipenuhi orang, seperti di sepanjang Orchad (Road) di Singapura),” ucap Bambang.
Jalan kaki, kata Bambang, kaitannya dengan kesehatan tubuh. Maka BPTJ mengajak Kemenkes untuk memaparkan bahwa jalan kaki itu banyak manfaatnya dan menyehatkan.
Direktur Kesehatan Kerja dan Olah Raga, Kartini Rustandi menuturkan, Kemenkes memilik program Germas (gerakan masyarakat hidup sehat). Dalam program itu terdapat enam kegiatan, yang salah satunya adalah melakukan aktivitas fisik, antara lain, jalan kaki.
“Jalan kaki minimal 5.000 langkah per hari itu sudah bagus, tapi lebih bagus lagi 7.000 langkah bahkan 10.000 langkah dan ini bisa kita lakukan saat berjalan kaki menuju layanan angkutan umum massal. Jalan kaki biasa pun tak masalah dan bisa membakar kalori 114 kal per 30 menit. Namun harapannya adalah jalan kaki dengan intensitas sedang atau cepat yang bisa membakar kalori 280 kal per 30 menit dan dilakukan empat atau lima kali seminggu,” papar Kartini.
Bukan hanya untuk membakar kalori, jalan kaki juga banyak manfaat dan bisa meningkatkan kualitas kesehatan. “Jalan kaki itu efektif dilakukan minimal 30 menit per hari untuk orang dewasa dan 60 menit untuk anak-anak. Bagus dilakukan di luar ruang atau ruang terbuka. Jalan kaki itu mudah, murah, dapat dilakukan bersama-sama, dan risiko cedera kecil,” ujar Kartini.
Kampanye “jalan kaki” memang mulai disuarakan dan dilaksanakan BPTJ. “Dalam bertransportasi di perkotaan kita ingin masyarakat bisa cepat beralih dari angkutan berbasis kendaraan bermotor ke penggunaan jasa transportasi yang dimiliki semua orang; kaki! Kita ingin menyadarkan masyarakat, betapa pentingnya berjalan kaki,” ungkap Bambang.
Foto: 108Jakarta.com dan BPTJ