IndoAviation – Dalam sebuah wawancara dengan FT, Presiden Argentina Alberto Fernandez mengatakan negaranya tidak akan membeli pesawat militer apa pun untuk saat ini. Katanya, Argentina mencabut segala tender pengadaan jet tempur baik itu JF-17 Thunder buatan China-Pakistan, HAL Tejas buatan India, maupun F-16 buatan AS.
“Argentina harus mengalokasikan sumber dayanya untuk hal-hal yang lebih penting daripada pembelian pesawat militer. Kami berada di benua yang sangat tidak setara, tetapi tidak ada masalah perang, dan menuntut persatuan antar negara, ”kata Fernandez seperti dikutip Aerotime Hub. Kutipan Alberto Fernandez ini juga diposting di akun resmi Twitter biro pers Alberto Fernandez.

Kena embargo Inggris
Tahun 2021 lalu, Argentina memang mengalokasikan dana US$ 684 juta untuk pembelian pesawat tempur supersonik untuk menghidupkan kembali armada angkatan udara Argentina.
Ada empat opsi dipertimbangkan. Beli Lockheed Martin F-16 Fighting Falcon, CAC/PAC JF-17 Thunder buatan China-Pakistan, HAL Tejas buatan India, dan MiG-35 dari Rusia.
MiG-35 ditolak, dan Argentina mengevaluasi program pembelian F-16, JF-17 dan Tejas. JF-17 sering dikutip sebagai kandidat terkuat untuk dibeli.
Pada September 2021, berdasar draf anggaran Argentina, muncul kemungkinan pembelian JF-17. Ini memicu spekulasi bahwa tawaran China-Pakistan berhasil.
Pada November 2022, Sabino Vaca Narvaja, duta besar Argentina di Beijing, bertemu dengan perwakilan China National Aero-Technology Import & Export Corporation (CATIC) dan membahas kemungkinan pembelian JF-17, yang menyiratkan bahwa JF-17 memegang posisi terdepan di proses tender.
Perlu dicatat bahwa selama negosiasi, pesawat sering disebut dengan sebutan AVIC FC-1 Xiaolong.
Selain itu, perwakilan Pakistan tidak hadir dalam pertemuan tersebut, memberikan kredibilitas pada laporan sebelumnya bahwa Argentina sedang berusaha untuk berkolaborasi dengan China secara langsung dan mengatur perakitan pesawat di dalam negeri, menggantikan Pakistan dalam proses produksi bersama.
Argentina telah lama berjuang untuk memodernisasi angkatan udaranya, yang mengalami kerugian selama Perang Falklands dengan Inggris pada tahun 1982.
Setelah program domestik untuk merancang jet tempur generasi keempat gagal, Argentina beralih ke pemasok asing. Namun, banyak opsinya diblokir karena Inggris memboikot penjualan komponen pesawat apa pun yang diproduksi oleh perusahaan Inggris, serta campur tangan dalam pembicaraan dengan Perancis dan Israel.
Upaya terbaru untuk membeli pesawat tempur ringan KAI FA-50 buatan Korea Selatan mengalami nasib yang sama, gagal. Setidaknya enam komponen FA-50, termasuk kursi lontar buatan Inggris, diembargo.
Dalam kasus Tejas, HAL mengatakan dapat memproduksi pesawat tanpa suku cadang Inggris, sedangkan FC-1/JF-17 dilaporkan tidak memiliki komponen tersebut.
Pejabat Inggris sejak itu mengklaim bahwa penjualan F-16 tidak akan menemui perlawanan Inggris.
Saat ini, Angkatan Udara Argentina menggunakan sejumlah jet latih FMA IA-63 Pampa yang diproduksi di dalam negeri, serta armada kecil pesawat serang darat Lockheed Martin A-4AR Fightinghawk yang diupgrade secara besar-besaran. Armada ini pun kabarnya juga kekurangan pasokan suku cadang.