Assalamualaikum semua …
Sekolah pilot tidak terdengar lagi kiprahnya. Namun tentu saja mereka masih melatih dan mendidik siswa-siswinya. Setidaknya, akhir tahun 2018, saya diundang hadir pada wisuda siswa-siswi dari dua sekolah pilot, yakni NAM Flying School dan Global Aviation Flying School.
Ingat sekolah pilot, ingat pula tulisan saya di majalah Angkasa edisi Februari 2017 tentang training area. Intronya begini: Sekolah pilot boleh saja berkurang, tapi fasilitas training area tetap harus ditata.
Apa itu training area? Training area adalah kawasan pelatihan terbang bagu para kader pilot penerbangan sipil. Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan PM Nomor 55 Tahun 2016 tentang Tatanan Navigasi Penerbangan Nasional, kawasan pelatihan terbang adalah ruang udara tertentu di atas daratan dan/atau perairan yang digunakan untuk pelatihan terbang. Penetapan training area itu dilakukan oleh Dirjen Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan.
Sebelum ada penetapan, boleh saja pihak-pihak yang berkepentingan meminta dibukanya suatu kawasan untuk ditetapkan sebagai training area. “Silakan kirim usulan atau permintaan untuk training area itu. Nanti akan kami kaji,” kata Direktur Navigasi Penerbangan, waktu itu Novie Riyanto, yang sekarang menjadi Direktur Utama AirNav Indonesia.
Untuk menetapkan training area memang ada kajiannya, seperti kondisi ruang udara sekitarnya dan jenis pelayanan navigasi penerbangan yang diberikan. Kajian lainnya adalah fasilitas bandaranya, serta navigasi dan keamanan penerbangannya.
Sekarang ini ada 18 lokasi bandara yang ditetapkan sebagai training area. Yakni Bandara Raja Haji Fisabilillah (Tanjung Pinang), Japura (Rengat), Depati Amir (Pangkal Pinang), HAS Hanandjoeddin (Tanjung Pandan), Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang), Fatmawati Soekarno (Bengkulu), Radin Inten II (Lampung), Budiarto (Curug), Cakrabuwana (Cirebon), Wiriadinata (Tasikmalaya), Nusawiru (Pangandaran), Tunggul Wulung (Cilacap), Tjilik Riwut (Palangkaraya), Trunojoyo (Sumenep), Banyuwangi, Buleleng (Bali), Selaparang (Mataram), dan Tampa Padang (Mamuju).
Di bandara-bandara itu, training area-nya tak hanya satu. Misalnya, di Curug, Cilacap, dan Banyuwangi, ada enam area terbang. Di Cirebon dan Palangkaraya ada lima area terbang, sementara yang lainnya ada dua-tiga-empat area terbang.
Kalau bandara sudah padat, sulit mempertahankan training area itu. Seperti di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, dan Bandara Juanda, Surabaya, yang pada era 1980-1990-an diramaikan sekolah pilot swasta. Seiring waktu, di kedua bandara ini tak lagi representatif ada training area.