Angkasa Pura II (AP 2) memprediksi, hingga akhir tahun ini pendapatan mereka diperkirakan cuma tembus sekitar 60% hingga 70% dari target awal yang sebesar Rp12,8triliun.
“Pendapatan kami pada tahun yang penuh tantangan ini diperkirakan bisa tercapai 60-70% dari target awal, yang ditetapkan sebelum adanya pandemi global COVID-19,” tutur Presiden Direktur AP 2, Muhammad Awaluddin, Kamis (23/4/2020).
Dia menjelaskan, jumlah penumpang pesawat saat ini memang tengah turun yang berdampak pada pendapatan aeronautika perusahaan. Namun demikian, Awaluddin menyatakan perusahaan akan menggenjot pendapatan dari sektor lainnya.
“…memaksimalkan utilisasi dari non-performing asset seperti lahan kosong, serta dari titik komersial, ritel dan sebagainya,” imbuhnya.
Awaluddin menyebutkan, pendapatan dari pengelolaan kargo perusahaan diperkirakan masih bisa lebih baik. Hal lainnya, AP 2 juga sedang mengkaji untuk melakukan diversifikasi portofolio anak usaha melalui kemitraan strategis.
Baca Juga:
Menkes Setujui PSBB di Banten, AP 2: Bandara Soekarno-Hatta Siap
Industri Aviasi Lesu, Begini Cara AP 2 Jalani Kelangsungan Bisnis
Awaluddin juga menyampaikan, dalam masa sulit ini perusahaan tengah melakukan fase Business Survival. Tujuan utama fase ini, perseroan berupaya memberikan perlindungan kepada tenaga kerja di tengah pandemi COVID-19 sambil melakukan optimalisasi arus kas dan menjaga kinerja keuangan perusahaan.
“Tujuan itu antara lain dapat kami capai dengan berbagai penghematan keuangan yaitu mengurangi biaya operasional, melakukan efisiensi pos pengeluaran, dan menghapus biaya nonproduktif.”
Awaluddin mengatakan, penghematan biaya operasional sudah berjalan dengan menyesuaikan pola operasional bandara. Misalnya mengurangi penggunaan fasilitas non-prioritas, karena frekuensi penerbangan di 19 bandara juga mengalami penurunan.
Adapun pada Januari 2020 rata-rata penerbangan masih sekitar 2.169 penerbangan/hari, namun pada bulan ini (1-21 April) rata penerbangan turun menjadi 650 penerbangan/hari.
Penyesuaian pola operasional ini dapat menghemat biaya operasional sebesar 25% hingga 30%.
“Penyesuaian pola operasional selain menghemat biaya operasional 25-30% juga dapat mendukung aspek kesehatan bagi para pekerja karena kami bisa menerapkan konsep kerja dari rumah dan sistem roster, serta split team juga split project,” tandasnya.