Indo Defence 2016 menghadirkan banyak produk militer dan pertahanan dari berbagai negara. Salah satunya adalah Antonov An 70 buatan Ukraina. Pesawat An 70 sebetulnya bukan barang baru. An 70 terbang perdana lebih dari 20 tahun lalu, tepatnya pada 16 Desember 1995.
Sejauh ini, Antonov memang masih mendesain An 70 sebagai pesawat angkut militer. Spesifikasinya boleh dikata melebihi kemampuan pesawat angkut legendari C130 Hercules, bahkan pesawat angkut militer buatan Airbus A400M. Dibandingkan C-130 Hercules TNI AU misalnya, An 70 memiliki ruang kargo lebih dari dua kalinya. Jika C130 hanya 130m2, An 70 punya ruang kargo 400m2. A400M yang pernah ditawarkan ke Indonesia pun kabarnya hanya punya ruang kargo seluas 340m2.
Dalam pasar pesawat angkut, Antonov bukan pemain baru. Pabrikan Ukraina ini telah melahirkan pesawat angkut terbesar di dunia An-124 Ruslan dan An -225 Mriya. Dan hingga kini, belum ada yang dapat menandingi spesifikasi kedua pesawat ini.
An 70 sendiri tidak sebesar Ruslan atau Mriya. Namun spesifikasinya cukup mengagumkan. Bermesin empat tipe D-27, An 70 memiliki delapan buah baling-baling yang terpasang dengan sistem contra rotating propeller. Sistem ini membutuhkan dua susun baling-baling tipe SV-27 buatan Aerosila pada setiap mesin. Keduanya berputar berlawanan arah dan menghasilkan daya dorong yang kuat. Sistem seperti ini pun diklaim dapat menghemat penggunaan bahan bakar antara 20-30% dibandingkan dengan pengunaan baling-baling konvensional.
An 70 ditawarkan ke pasar dengan kokpit yang dilengkapi sistem digital. Kemampuan short takeoff and landing-nya memungkinkan pesawat tinggal landas pada runway sepanjang 800 meter. Bahkan disebutkan An 70 yang diawaki empat orang ini bisa tinggal landas pada runway yang tertutup es setebal 12-15 cm.
Untuk Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau, tidak ada salahnya kita mengkaji penggunaan pesawat ini. Karena selain dapat digunakan untuk pesawat angkut militer, An 70 yang bisa mendarat pada landasan di ketinggian 3.000 meter di atas permukaan laut. Daya angkutnya pun hingga 47 ton kargo. Spesifikasi ini sangat cocok untuk dioperasikan di pelosok-pelosok Indonesia yang berkontur bukit dan gunung seperti di Papua. (hrz)
Foto: Military Today