Assalamualaikum semua …
Ini kali kedua saya terbang dengan Thai Airways. Pertama kali terbang pada tahun 2002 atas undangan PT Aviotech International, perusahaan jasa perawatan mesin pesawat terbang di Indonesia. Duduknya di kelas bisnis, dijemput di Bangkok-nya pun dengan limousine.
“Nanti bisa lihat, mesin pesawat klien kami dirawat di MRO (maintenance repair overhaul) milik Thai Airways,” kata Ismail R Razak, CEO Aviotech.
Sejak tahun 2004, saya tak mendengar lagi kabar Aviotech. Saya memang dipindahkan ke media yang isinya tentang arsitektur dan interior. Lost contact. Setelah saya cari, rupanya Pak Ismail mendirikan Cepot Group tahun 2013. Saya ingin mengucapkan terima kasih atas pemberian ilmu, pengetahuan, dan pengalaman, terlebih penghargaannya tersebut.

Pada pengalaman kedua terbang dengan Thai Airways, saya menemukan hal menarik. Pertama, announcement prosedur keselamatan penerbangan yang ditayangkan di layar tv di kursi dibuat dengan animasi khas Thailand. Membuat fokus penumpang, apalagi yang baru pertama kali melihatnya.

Pramugari memeragakan penggunaan life vest misalnya, atraktif di antara animasi teratai, kupu-kupu, dan burung bangau. Tayangan tak harus di kabin pesawat sebenarnya, yang penting pesan safety-nya sampai pada penumpang.
Kedua, sebelum mendarat Bandara Internasional Suvarnabhumi, Bangkok, ditayangkan peta bandara: di mana imigrasi, ambil bagasi, sampai tempat taksi, bus, juga kereta. Jadi, kita tak terlalu buta ketika mendarat di bandara yang barangkali baru pertama kita injak.
Sebelumnya, peristiwa 12 anak dan seorang pelatih yang terjebak di gua dan menjadi perhatian dunia juga ditampilkan. Thailand berterima kasih dan inti pesannya, “Dunia adalah Satu”.
Yang jadi perhatian pula, pada penerbangan Jakarta-Bangkok dan Bangkok-Moskow, cukup banyak penumpang Indonesia. Di antaranya ada sekitar 30 remaja lulusan SMA yang akan kuliah di Rusia.