Animo masyarakat Indonesia, khususnya di kawasan timur, untuk mudik Lebaran menggunakan moda transportasi laut makin tinggi. Peningkatan jumlah pemudik cukup signifikan, seperti di Sorong, Ternate, Makassar, dan Balikpapan. Rata-rata pertumbuhan penumpang transportasi laut Lebaran ini 5,4 persen.
Maka Direktorat Lalu Lintas Angkutan Laut Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan akan mempersiapkan pelabuhan dan armada kapal lebih dini pada Lebaran tahun depan.
“Yang jelas, kita akan mempersiapkan lebih awal di titik-titik Indonesia timur yang menunjukan peningkatan signifikan, seperti di Sorong, Ternate, Balikpapan, Makassar,” ujar Wisnu Handoko, Direktur Lalu lintas Angkutan Laut usai halal bil halal di Jakarta, Kamis (13/6/2019).
Sebelumnya Wisnu mengatakan, program mudik dan balik tahun ini relatif berjalan dengan lancar dan baik. “Alhamdulillah keselamatan terjaga dari kecelakaan yang terjadi. Meskipun ada beberapa kejadian, itu tidak memakan korban yang cukup besar. Ada yang kandas, kapal kargo sempat ada yang kecelakaan, juga kapal penumpang.”
Kelancaran arus mudik dan balik itu, kata Wisnu, hasil dari persiapan Kementerian Perhubungan dibantu Kepolisian, Basarnas TNI Angkatan Laut, dan pemangku kepentingan lainnya.
Menurut Wisnu, dukungan transportasi laut pada mudik Lebaran adalah dengan membantu bagaimana jalan raya tidak dipenuhi sepeda motor. “Kita, seperti tahun-tahun sebelumnya dan sudah berjalan tiga tahun, melaksanakan pogram mudik gratis sepeda motor. Program ini memanfaatkan 26 kapal Pelni dibantu dengan penyeberangan ASDP, juga kapal yang dioperasikan swasta,” katanya.
Pada masa mudik dan balik Lebaran itu, pihaknya melakukan penataan trayek khusus. Dengan demikian, pada titik-titik pelabuhan yang jumlah penumpangnya melonjak, penumpang bisa terangkut dengan baik.
Di samping itu, pihaknya juga memberikan dispensasi kapasitas kapal. “Dispensasi itu harus dimanfaatkan perusahaan pelayaran ataupun penumpang dengan sistem yang baik. Artinya, penumpang harus memiliki tiket. Kami mengingatkan perusahaan pelayaran, meskipun dispensasi, tetap pembelian tiket itu dilakukan lewat online,” tegasnya.
Wisnu menjelaskan, “Dispensasi kapasitas kapal itu harus melalui inspeksi marine inspector oleh Syahbandar. Apakah aspek stabilitas masih mencukupi? Apakah alat keselamatan di atas kapal mencukupi? Kalau memang bisa ditambah 20 persen, alat keselamatan 20 persen ada, ya kita berikan (dispensasi). Kalau adanya cuma 10 persen, ya 10 persen.”
Kejadian di lapangan itu menjadi bahan evaluasi agar penyelenggaraan transportasi laut pada mudik dan balik Lebaran tahun-tahun mendatang lebih baik. Persiapan seperti diungkap di atas untuk kawasan yang mengalami lonjakan penumpang, kata Wisnu, akan dilakukan lebih awal.
Foto: Ditjen Perhubungan Laut