Akhir April, Terminal Baru Bandara Mopah Merauke Siap Operasi

Pembangunan terminal baru Bandara Mopah di Merauke, Papua, sudah rampung, tapi sampai saat ini belum bisa dioperasikan. Alasannya, beberapa peralatan bandara, terutama x-ray, belum ada dan membutuhkan waktu untuk pengadaannya.

“Harapan saya, akhir April ini terminal baru bisa operasi. Soal diresmikan bisa nanti, yang penting operasi,” kata Agus Irianto, Kepala Unit Penyelenggara Bandara Udara (UPBU) Kelas 1 Mopah, di Merauke, Kamis (4/4/2019).

Agus memang mengakui kalau saat ini terminal baru masih banyak yang harus dilengkapi. “Kita mulai lengkapi dan secepatnya bisa dioperasikan,” ujarnya. Pembangunan terminal baru senilai Rp132miliar ini sudah selesai sejak akhir tahun 2018.

Pengoperasian terminal baru secepatnya bukan terburu-buru, tapi supaya tidak rusak sebelum dioperasikan karena tidak ada perawatan. Kalau dioperasikan, kata Agus, sekaligus juga dilakukan pemeliharaan. Dengan begitu, infrastruktur yang indah dengan atap melengkung itu bisa terpelihara dengan baik.

Bandara Mopah membangun terminal penumpang baru untuk menyambut penyelenggaraan PON XX tahun 2020 dengan tuan rumah Papua dan Papua Barat. Beberapa cabang olah raga akan dilombakan di Merauke dan prasarana transportasi udara pun disiapkan dengan lebih baik.

Sekarang ini ada tiga pesawat jet berbadan sedang (narrow body) sekelas Boeing 737NG dan Airbus 320 yang terbang ke Mopah. Di bandara yang berstatus bandara internasional ini ada rata-rata 20 pergerakan pesawat per hari.

“Yang berangkat pagi ada Batik Air rute Merauke-Makassar-Jakarta. Disusul Lion Air rute Merauke-Jayapura-Jakarta. Rute yang sama juga diterbangi Garuda Indonesia, tapi sekarang ada yang dari Jayapura ke Makassar dulu,” tutur Agus.

Siang hari ada penerbangan Trigana Air dengan ATR 72-600 rute Merauke-Tanah Merah-Jayapura. Penerbangan lainnya adalah penerbangan misi yang dioperasikan MAF (Mission Aviation Fellowship).

Ada juga penerbangan perintis, yang untuk tahun 2019 diresmikan atau dilakukan penerbangan perdana pada 1 April. Susi Air yang memenangkan kontrak penerbangan bersubsidi ini mengerahkan tiga pesawat jenis Cessna Caravan dan Pilatus Porter.

“Ada 15 rute penerbangan perintis dari sini; ke Wanam, Bade, Okabe, Mindiptanah, Ewer, Surusuru, Senggo, dan tempat lainnya. Penerbangannya ada yang satu kali seminggu ada juga yang dua kali. Anggarannya sekitar 30miliar (rupiah),” ucap Agus.

Khas transportasi udara yang vital di Papua, penerbangan carter pun kerap datang ke Mopah. Seperti sore itu, pesawat Caravan dicarter ke Mopah dari Kepi. Sementara penerbangan rutin sehari-hari, paling siang pukul 14.00 waktu setempat sudah tidak ada penerbangan lagi di bandara yang sudah dioperasikan sejak tahun1943 ini.

Terminal baru seluas 7.000 meter persegi selanjutnya akan menjadi 21.000 meter persegi itu mampu menampung 500 penumpang pada saat bersamaan atau per hari. Sementara terminal yang sekarang dioperasikan bisa menampung 200 penumpang. Kapasitasnya masih cukup untuk melayani rata-rata jumlah pergerakan penumpang 200-300 orang saat ini.

Landasan pacunya sepanjang 2.500 meter dengan lebar 45 meter. Apron-nya mampu menampung sembilan pesawat narrow body parkir.

Persoalan binatang ternak yang melintas landasan sudah tak ada karena sekeliling bandara sudah dipagar. Namun di satu sisi area dekat pangkalan udara masih terlihat binatang ternak merumput. “Persoalan tanah di sana belum selesai. Namun kami tidak bisa frontal mengatasinya; harus secara persuasif,” kata Agus, yang senantiasa berupaya untuk meningkatkan keselamanan penerbangan serta keamanan dan kenyamanan di bandara.