AirAsia Indonesia Sekarang Untung Sebelumnya Rugi

PT AirAsia Indonesia Tbk (AAID atau Perseroan) membukukan laba bersih Rp 11 miliar pada kuartal kedua tahun 2019 (2Q19), sementara periode sebelumnya atau 2Q18 rugi bersih Rp 203 miliar. Perseroan juga membukukan pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) Rp 80 miliar, sedangkan 2Q18 rugi Rp 194 miliar.

Demikian laporan keuangan 2Q19 yang telah diaudit, yang disampaikan AirAsia Indonesia dalam siaran pers di Tangerang, Kamis (29/8/2019). Disebutkan bahwa peningkatan tersebut didukung oleh kenaikan permintaan, meningkatnya efisiensi biaya, serta kenaikan harga
rata-rata tiket pada musim libur sekolah dan lebaran.

Direktur Utama PT AirAsia Indonesia Tbk, Dendy Kurniawan mengatakan, “Hasil kuartal kedua ini sangat menggembirakan. Momentum positif ini akan terus kami jaga untuk memastikan tahun ini akan menjadi tahun yang menguntungkan.”

Pendapatan perseroan naik 67% menjadi Rp 1,66 triliun dari Rp 993 miliar. Pendapatan dari hasil penjualan tiket pesawat juga naik 80%
menjadi Rp 1,39 triliun. Hal ini didorong oleh peningkatan jumlah penumpang menjadi 1,82 juta orang atau naik 58% dan peningkatan harga rata-rata tiket 14%. Peningkatan ini berkontribusi terhadap pertumbuhan revenue per available seat kilometre (RASK) 6% dibandingkan tahun sebelumnya.

Dari sisi kapasitas, terjadi peningkatan jumlah available seat per kilometre (ASK) 58% menjadi 3,071 juta. Armada yang operasional memang bertambah menjadi 25 pesawat, dari sebelumnya yang 15 pesawat. Tingkat keterisian penumpang (load factor) pada 2Q19 juga meningkat satu poin menjadi 82%.

Biaya keseluruhan dilihat dari unit biaya cost peravailable seat kilometre (CASK) dan CASK di luar bahan bakar turun masing-masing 17% dan 25%. Penurunan biaya ini disebabkan oleh turunnya harga bahan bakar dan biaya pemasaran. Hal ini sejalan
dengan inisiatif grup usaha perseroan untuk beralih dari metode pemasaran konvensional ke digital.

Karena itu, perseroan mencatat laba operasi Rp 42 miliar, padahal sebelumnya rugi Rp 241 miliar. Perseroan juga membukukan EBITDA positif Rp 33 miliar selama semester pertama tahun 2019. Ini menunjukkan perbaikan yang signifikan jika dibandingkan dengan kerugian Rp 426 miliar pada semester pertama tahun 2018.

Dendy menjelaskan, pada 2Q19 perseroan meluncurkan pusat operasi (hub) kelima di Lombok dan
melayani rute baru Lombok-Perth dan Lombok-Kuala Lumpur. “Peluncuran
dari hub ini mendapatkan sambutan yang baik dari pelanggan kami; terlihat dari tingkat keterisian yang sangat baik. Kami juga berkomitmen untuk menambah rute domestik dan internasional baru yang potensial,” ucapnya.

Ditambahkannya, “Semester kedua biasanya lebih ramai. Kami yakin
pendapatan kami akan bertambah seiring dengan meningkatnya permintaan untuk traveling. Pada saat
yang sama, kami akan terus fokus pada biaya-biaya untuk memastikan operasional kami tetap efisien.”

Dendy mengungkapkan, “Kami berencana mendatangkan empat pesawat tambahan dan meluncurkan enam rute baru hingga akhir tahun 2019. Kami pun terus memantau utilisasi armada dan perencanaan jaringan penerbangan, juga
mengatur kapasitas untuk rute-rute yang belum optimal.”