Sampai 9 Agustus 2019, total 4.380,85 barrel tumpahan minyak sudah dikumpulkan dan diangkat ke darat dari area pencemaran tumpahan minyak. Area pencemaran ini meliputi area offshore, yaitu di Blok+ Offshore North West Java dan area Onshore yang mencakup Sungai Buntu, Pusakajaya Utara, Cemarajaya, dan Sedari.
Demikian data dari Posko Penanggulangan Tumpahan Minyak (PTM) Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas IV Kepulauan Seribu, yang aktif memantau proses penanganan tumpahan minyak tersebut. Posko juga berkomunikasi dengan pihak-pihak terkait dan berkoordinasi dengan Distrik Navigasi kelas I Tanjung Priok untuk secara rutin memancarkan navigational warning (NAVTEX dan VHF) melalui Stasiun Radio Pantai.
Direktur Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP), Ahmad menyatakan, Ditjen Perhubungan Laut dalam hal ini Kantor KSOP Kelas IV Kepulauan Seribu selaku Mission Coordinator (MC) Tier 1 terus melakukan sejumlah langkah penanggulangannya. Musibah tumpahan minyak itu terjadi dari anjungan yang dioperasikan oleh PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) di Pantai Utara Jawa pada 21 Juli 2019.
Langkah yang dilakukan Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan adalah mengaktifkan PTM selama 24 jam. Langkah lain, dikerahkannya 46 unit kapal dengan 926 orang personel dan menggunakan 5.700 meter oil boom. “Kementerian Perhubungan juga mengerahkan kapal negara, yakni kapal patroli Sea and Coast Guard KN Alugara milik pangkalan PLP Kelas I Tanjung Priok, kapal negara KNP 355, KN V054, dan KNS 017 milik KSOP Kelas IV Kepulauan Seribu, serta kapal negara kenavigasian KN Edam milik Kantor Distrik Navigasi Kelas I Tanjung Priok,” jelas Ahmad di Kepulauan Seribu, Jumat (9/8/2019).
Di area Onshore, sepanjang 2.700 meter oil boom terpasang dengan melibatkan 1.805 personel dari Ditjen Perhubungan Laut, OSCT, masyarakat sekitar, Pokwasmas, serta TNI dan Polri. “Sudah 1.113.082 karung limbah terkumpul dan dikirim ke darat dari area Onshore,” ucap Ahmad.
Disebutkan, mobile oil boom sepanjang 2×200 meter disiagakan di Teluk Jakarta. Tersedia juga static oil boom sepanjang 2×200 meter di Floating Storage Regastification Unit (FSRU) Nusantara Regas.
“Upaya kami dalam memberikan dukungan untuk menanggulangi pencemaran tumpahan minyak dan gas ini dengan mengerahkan tambahan oil boom, kapal patroli, juga buoy atau rambu suar, jika dibutuhkan,” tutur Ahmad.
Di samping itu, masyarakat yang terdampak tumpahan minyak juga ditangani dengan menyiapkan posko kesehatan dan rutin diberi informasi terkini. “Kami memastikan bahwa Pertamina sudah menyediakan enam posko kesehatan di enam daerah terdampak, yakni Desa Sedari, Desa Cemara Jaya, Desa Tambak Sari, Desa Sungai Buntu, Desa Muara Bening, dan Kepulauan Seribu. Akan ada juga enam dokter, lima ambulans, dan 37 tenaga medis,” papar Ahmad.
Foto: Humas Ditjen Hubla