15 April Pengembangan Bandara Dhoho Kediri Dimulai, 2 Tahun Selesai

Direktur Utama Angkasa Pura I (AP 1), Faik Fahmi mengatakan bahwa proyek pengembangan Bandara Dhoho di Kediri, Jawa Timur akan dimulai pada 15 April mendatang. Biaya proyek ini akan sepenuhnya ditanggung PT Gudang Garam dan pengoperasiannya dilakukan AP 1.

“Direncanakan, kalau jadwal tidak bergeser, 15 April kita akan melakukan groundbreaking. Secara paralel, konsep bisnisnya kita bicarakan, tapi secara fisik (pengembangan bandara) juga kita mulai lakukan,” tutur Faik saat seremoni penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan Gudang Garam terkait rencana kerja sama pengusahaan bandara tersebut, Jakarta, Selasa (10/3/2020).

Faik menjelaskan, penandatanganan MoU ini merupakan bagian dari rencana strategis yang dilakukan AP 1 untuk mengatasi permasalahan kekurangan kapasitas pergerakan penumpang dan pesawat di Bandara Juanda, Surabaya.

“Permasalahan yang dihadapi sebelumnya adalah terkait dengan lack capacity (di wilayah Jawa Timur). Mudah-mudahan dalam 2 tahun ke depan bisa kita atasi dengan baik,” ungkapnya.

“Tentu saja ini membutuhkan investasi yang tidak sedikit, tapi ini juga membuka peluang bagi kita untuk menggandeng strategic partner. Salah satu yang kami lakukan adalah kami bekerjasama dengan Gudang Garam,” imbuhnya.

Baca Juga:

Menhub: Groundbreaking Pembangunan Bandara Kediri April 2020

Ngurah Rai Kehilangan 6.800 Penumpang Cina Per Hari, AP 1 Rugi Rp48M

Dijelaskan Faik, saat ini kapasitas di Bandara Juanda hanya mampu menampung sekitar 16 juta penumpang per tahun. Namun pada tahun 2018, jumlah penumpang di bandara ini telah mencapai sekitar 21 juta orang, meski tahun lalu turun sekitar 16 juta.

“Sekarang ini kita sedang meningkatkan kapasitas di Terminal 1, dari 9 juta (penumpang) ke 15 juta. Kalau Terminal 1 sebelum Lebaran selesai, maka jumlah kapasitas yang bisa kita siapkan 21 juta,” kata Faik.

“Akan semakin tidak memadai kalau pertumbuhan traffic-nya semakin besar, sehingga memang perlu dipikirkan alternatif bandara di Jawa Timur untuk men-support pertumbuhan traffic dan pertumbuhan ekonomi di wilayah Jawa Timur,” terangnya.

Faik menyebutkan, Bandara Kediri bisa dikembangkan sebagai salah satu opsi untuk konsep pengembangan multi-airport system.

“Dari MoU yang sudah kita bikin ini, nanti kita akan melakukan kajian secara bersama. Intinya kita membuat ‘payung’ dulu agar kita bisa lebih terbuka dan kita bisa melaksanakan aktivitas yang sudah kita siapkan sebelumnya secara lebih efektif,” tandasnya.

Sementara itu, Direktur PT Gudang Garam, Istata T. Siddharta mengatakan, dirinya membayangkan sistem multi-airport antara Surabaya dan Kediri, di mana Kediri bisa menjadi bandara penyeimbang dan embarkasi untuk Jawa Timur.

“Jika kondisi ini dapat dicapai, maka akses ke terminal embarkasi dari daerah selatan Jawa Timur akan menjadi jauh lebih mudah,” kata dia.

“Dengan adanya Bandara Kediri dan jaringan jalan bebas hambatan yang menghubungkan bagian selatan dan utara Jawa Timur, kami mengharapkan pertumbuhan (ekonomi) Provinsi Jawa Timur dan kontribusi pertumbuhan nasional dalam waktu yang lebih singkat akan tercapai,” pungkasnya.